NATO Akui Operasi Serangan Balik Ukraina Terhadap Rusia Gagal
Ukraina harus memenangkan perang melawan Rusia sebelum bergabung NATO.
REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Menteri Luar Negeri (Menlu) Hungaria Peter Szijjarto mengatakan, para menlu negara anggota NATO telah mengakui bahwa serangan balik yang dilancarkan Angkatan Bersenjata Ukraina terhadap pasukan Rusia mengalami kegagalan. Hal itu disampaikan Szijjarto seusai menghadiri pertemuan para menlu NATO di Brussels, Belgia, Selasa (28/11/2023).
“Tujuan dan harapan serangan balik Ukraina telah pupus karena tidak ada perubahan besar di medan perang dan tidak ada terobosan sejak awal. Hal ini telah diakui oleh banyak orang di sini. Secara diam-diam, hati-hati, namun tetap diakui,” kata Szijjarto kepada para jurnalis Hungaria, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Szijjarto, hampir tidak ada yang menganggap bahwa operasi serangan balik Ukraina terhadap Rusia berjalan sukses. “Mereka kebanyakan mengatakan bahwa hal itu memberikan hasil lebih rendah dari perkiraan,” ujarnya.
Sementara, asisten presiden Rusia, Vladimir Medinsky, mengatakan, Ukraina bisa menyelamatkan ratusan ribu nyawa jika mereka mau menandatangani perjanjian damai dengan Moskow tahun lalu.
“Saya sangat yakin bahwa jika Kiev menandatangani perjanjian damai dengan persyaratan yang dapat diterima bersama, hal itu akan menyelamatkan nyawa ratusan ribu tentaranya. Namun, (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky memilih perang,” ujar Medinsky, Selasa kemarin.
Medinsky adalah pejabat yang memimpin delegasi Rusia dalam perundingan damai dengan Ukraina tahun lalu. Menurut Medinsky, saat ini Ukraina sudah mengakui bahwa mereka tidak independen. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil Kiev dipengaruhi, bahkan ditentukan pihak luar.
“Presiden kami (Vladimir Putin) telah berulang kali mengatakan bahwa pemerintah Kiev saat ini tidak berdaulat atau independen ketika mengambil keputusan politik yang penting. Sekarang kita melihat bahwa mereka sendiri mengakui hal ini. Mereka sendiri terpaksa mengakui bahwa mereka diperintah dari luar,” kata Medinsky.
Bulan lalu, Menlu Slovakia Miroslaw Wachowski mengatakan, Ukraina harus memenangkan perang melawan Rusia terlebih dulu sebelum bergabung dengan Uni Eropa dan NATO. “Ukraina harus memenangkan perang terlebih dahulu. Ini adalah prasyarat yang diperlukan (sebelum bergabung dengan NATO dan Uni Eropa),” kata Wachowski saat berbicara di Warsaw Security Forum, 3 Oktober 2023 lalu, dikutip laman Anadolu Agency.
Menurut Wachowski, warga Ukraina melakukan upaya terbaiknya untuk menghadapi Rusia. “Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk membantu Ukraina memenangkan perang ini dan mendapatkan kembali kedaulatan serta integritas wilayahnya,” ujarnya.
Ukraina secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan ke Uni Eropa pada 28 Februari 2022 atau empat hari setelah dimulainya perang dengan Rusia. Pada April 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerahkan kuesioner lengkap tentang keanggotaan di Uni Eropa kepada Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Ukraina Matti Maasikas.
Kala itu Zelensky menyampaikan dia yakin Ukraina bisa memperoleh status kandidat hanya dalam beberapa pekan mendatang. Namun, proses Kiev untuk menjadi anggota perhimpunan Benua Biru diperkirakan dapat memakan waktu lama, bahkan bisa mencapai antara 15 hingga 20 tahun.
Pada 30 September 2022, Zelensky juga secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan Ukraina kepada NATO. Langkah itu diambil hanya beberapa jam setelah Vladimir Putin mengesahkan aneksasi empat wilayah Ukraina, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Zelensky mendesak NATO memberikan keanggotaan “jalur cepat” kepada negaranya.
Karena masih dalam keadaan berperang, NATO tidak mungkin menerima masuknya Ukraina. Terdapat Pasal 5 NATO yang mengatur bahwa jika salah satu anggotanya diserang, serangan tersebut harus dipandang sebagai agresi ke semua anggota.