BI Ungkap Lima Gejolak Global yang Bisa Berdampak Negatif
Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi geoekonomi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan saat ini kondisi dunia masih terus bergejolak. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan terdapat lima karakteristik global yang terjadi di tengah ketidakpastian yang tinggi.
"Lima gejolak global ini berdampak negatif ke berbagai negara, Indonesia tidak terkecuali. Perlu kita waspadai dan antisipasi dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang susah payah kita bangun," kata Perry dalam Acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, Rabu (29/11/2023) malam.
Karakteristik pertama yaitu pertumbuhan akan menurun ke 2,8 persen pada 2024 sebelum meningkat ke level tiga persen pada 2025. Perry menyebut, ekonomi AS masih baik, China melambat, namun India dan Indonesia tumbuh tinggi.
Lalu karakteristik kedua yakni gradual disinflation. Perry mengungkapkan, penurunan inflasi lambat meski pengetatan moneter agresif di negara maju baru akan turun pada 2024.
"Itupun masih di atas target karena harga energi pangan global dan ketetatan pasar tenaga kerja," ucap Perry.
Karakteristik ketiga yaitu kondisi higher for longer. Perry mengungkapkan Federal Funds Rate (FFR) masih akan tinggi pada 2024 dan yield US Treasury masih terus meningkat karena membangkaknya utang pemerintah Amerika Serikat.
Lalu keempat yaitu menguatnya dolar AS. Dia menjelaskan, saat ini dolar AS juga masih kuat mengakibatkan tekanan depresiasi nilai tukar seluruh dunia termasuk juga berdampak kepada rupiah.
Karakteristik kelima yaitu cash is the king. "Pelarian modal dari emerging market ke negara maju. Sebagian besar ke AS karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar," tutur Perry.
Perry menegaskan, saat ini masih terus bergejolak. Hal tersebut terjadi sejak perang Rusia dan Ukraina, perang dagang AS dan China serta saat ini ditambah dengan konflik Israel di Palestina.
"Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi geoekonomi. Akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada 2025," ujar Perry.