Bakteri Mycoplasma Bikin Lonjakan Kasus Pneumonia di China, Sudah Terdeteksi di Indonesia?

Infeksi mycoplasma disebut sebagai walking pneumonia karena masa inkubasinya lama.

www.pixabay.com
Anak sakit (ilustrasi). Anak-anak di China banyak yang terinfeksi pneumonia mycoplasma.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi
mengungkapkan kasus pneumonia akibat infeksi bakteri mycoplasma, seperti yang sedang mewabah di China, belum terdeteksi di Indonesia. Meski begitu, berdasarkan data Kemenkes, memang ada peningkatan tren pneumonia secara umum di beberapa provinsi setelah pandemi Covid-19.
 
"Setelah pandemi selesai, masyarakat yang sakit sudah mulai datang lagi ke fasilitas kesehatan dengan gejala-gejala mirip Covid-19, seperti influenza dan segala macam. Trennya memang di semua provinsi terlihat ada peningkatan," ujar Imran dalam diskusi Kemenkes yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

Baca Juga


Imran menjelaskan bahwa mycoplasma menjadi bakteri penyebab utama wabah pneumonia pada anak-anak di China. Ini merupakan bakteri umum yang mengakibatkan infeksi pernapasan sebelum Covid-19.
 
"Di China, mycoplasma memang menjadi kasus terbanyak pada kasus pneumonia. Mycoplasma itu bakteri, bukan virus, dan merupakan penyakit penyebab umum infeksi pernapasan sebelum masa Covid-19," kata Imran.
 
Mycoplasma, lanjut Imran, adalah penyebab umum influenza dan penyakit paru, dengan kejadian 8,6 persen. Berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terjadi peningkatan kasus mycoplasma pneumonia sejak bulan Mei 2023 di China.
 
"WHO mendeteksi adanya sinyal pneumonia belum terdiagnosis, utamanya pada anak yang dipublikasikan di jurnal Promed pada 22 November 2023. Sebanyak tiga dari empat pasien didiagnosis terinfeksi mycoplasma, selain ada pengaruh lainnya seperti SARS-COV dan influenza," ujar dia.
 
Imran menjelaskan, patogen ini memiliki periode inkubasi dan penyebaran yang cukup lama. Itu sebabnya penyakit ini bisa disebut sebagai pneumonia berjalan (walking pneumonia).
 
"Jadi agak berbeda dengan Covid-19, kalau Covid-19 waktu inkubasinya pendek, mycoplasma ini cukup lama. Di China, paling banyak muncul pada anak-anak dan utamanya muncul pada saat perubahan ke musim panas," tuturnya.

Imran juga menjelaskan bahwa terjadi peningkatan kasus rawat jalan dan rawat inap pada anak di China yang disebabkan bakteri mycoplasma pneumoniae sejak Mei 2023, juga dari respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, dan influenza sejak Oktober 2023, di mana saat ini sudah terjadi penurunan.
 
"Di China, peningkatan pneumonia terjadi pada tiga sampai lima tahun ke belakang, dan berdasarkan penelitian di sana, adenovirus dan RSV menjadi penyebab beberapa tahun terakhir," katanya.

Berdasarkan data rutin yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2PM) Kemenkes, selama Januari hingga September 2023, secara nasional Jawa Tengah adalah provinsi yang paling tinggi mengalami kejadian infeksi saluran pernapasan (ISPA), yakni ada lebih dari 2,5 juta kasus, baik di puskesmas maupun rumah sakit. Kasus tertinggi berikutnya ada di Jawa Barat (lebih dari dua juta kasus) dan DKI Jakarta (lebih dari satu juta kasus).
 
"Dilihat dari kasus pneumonia, jadi beda ya ISPA dengan pneumonia, kalau pneumonia itu penyakit yang sudah masuk ke paru-parunya, di sini yangg paling banyak adalah Jabar, dan secara tren, ini tampak tinggi di awal tahun, kemudian berangsur angsur menurun, sampai Oktober-November 2023 ini paling rendah jumlahnya dari bulan-bulan sebelumnya," paparnya.

Dilihat dari insidennya per 100 ribu orang, yang paling tinggi adalah DKI Jakarta, baik ISPA maupun pneumonia. Peningkatan ini terjadi saat polusi udara tinggi sekitar bulan September-Oktober.
 
Imran menyatakan, Kemenkes telah melakukan pemantauan lanjutan influenza like illness (ILI). Pihaknya melakukan surveilans untuk kasus-kasus yang punya gejala seperti influenza sebagai kelanjutan dari surveilans dari Covid-19.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler