Vale Indonesia Targetkan Produksi 70,8 Ribu Ton Nikel di 2024
Pada saat ini harga nikel menyentuh 17 sampai 16 ribu dolar AS per ton.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan produksi nikel sebesar 70,8 ribu ton pada 2024 atau naik sedikit dari rencana produksi 2023 sebesar 70 ribu ton. Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto menjelaskan bahwa target tersebut didasarkan pada berbagai faktor, salah satunya pemeliharaan alat.
"Di 2024, jumlah hari yang akan kami gunakan untuk melakukan pemeliharaan alat lebih besar dan itu akan berpengaruh pada ketersediaannya di pabrik," katanya dalam konferensi pers usai Public Expo 2023 yang dipantau di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Pemeliharaan alat di pabrik diharapkan bisa meningkatkan produktivitas nikel Vale Indonesia pada tahun-tahun yang akan datang. Selain itu, produktivitas nikel pada 2024 juga akan bergantung pada grade nikel di sekitar area yang akan ditambang.
Pada 2024, ia memperkirakan harga nikel akan mengalami tekanan, tapi pihaknya sudah mengantisipasi dengan menurunkan biaya produksi.
"Pada saat ini harga nikel menyentuh 17 sampai 16 ribu dolar AS per ton, biaya produksi kami juga semakin menurun. Bahkan, di tiga bulan terakhir sudah di bawah 10 ribu dolar AS per ton," katanya.
Vale Indonesia menjadi salah satu produsen nikel dengan pengeluaran biaya produksi yang paling rendah karena memiliki tiga pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sendiri.
"Jadi, kami punya strategi khusus untuk mengefisiensikan biaya produksi sehingga biaya nikel rendah bisa disiasati dengan margin tetap terjaga," katanya.
Adapun hingga kuartal III 2023, Vale Indonesia telah memproduksi 51,64 ribu ton nikel atau tumbuh dari periode yang sama sebelumnya sebesar 43,9 ribu ton.
Pada saat yang sama, Vale Indonesia memperoleh pendapatan senilai 937,9 juta dolar AS, dengan laba mencapai 221,1 juta dolar AS.
Selain itu, Vale Indonesia telah menginvestasikan belanja modal sebesar 182,7 juta dolar AS dalam sembilan bulan pertama 2023 atau meningkat dari 127,7 juta dolar AS dari periode yang sama tahun 2022.
"Peningkatan ini terutama dialokasikan untuk belanja modal keberlanjutan dan pertumbuhan. Meskipun terdapat pengeluaran yang lebih tinggi," katanya.