Inggris Kerahkan Pesawat Pengintai ke Gaza untuk Cari Sandera
Inggris bekerja sama dengan para mitra untuk menjamin pembebasan sandera.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Inggris akan melakukan penerbangan pengawasan di Israel dan Jalur Gaza. Hal itu menjadi bagian dari upaya negara tersebut dalam penyelamatan sandera yang ditawan Hamas.
Kementerian Pertahanan Inggris mengungkapkan, pesawat yang akan dikerahkan untuk melakukan pengintaian tak bersenjata dan tidak memiliki peran tempur. Pesawat tersebut hanya akan difungsikan untuk mencari para sandera yang ditahan Hamas.
“Hanya informasi terkait penyelamatan sandera yang akan disampaikan kepada otoritas terkait yang bertanggung jawab atas penyelamatan sandera,” kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Sky News, Sabtu (2/12/2023).
Kementerian Pertahanan Inggris mengungkapkan, Pemerintah Inggris telah bekerja dengan para mitra mereka di seluruh kawasan untuk menjamin pembebasan para sandera, termasuk di dalamnya warga Inggris, yang diculik Hamas pada 7 Oktober 2023. “Keselamatan warga negara Inggris adalah prioritas utama kami,” katanya.
Sepekan setelah Hamas melancarkan serangan dan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023, Inggris mengerahkan militernya ke wilayah Mediterania timur. Pesawat RAF dan kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris turut dikirim ke kawasan tersebut.
Israel dan Hamas gagal memperpanjang gencatan senjata pada Jumat (1/12/2023). Sebelumnya kedua belah pihak tersebut sudah memberlakukan gencatan senjata selama sepekan, terhitung sejak 24 November 2023. Selama periode tersebut, Israel dan Hamas melakukan pertukaran sandera dengan tahanan.
Hamas sudah membebaskan 70 warga Israel dan 24 warga asing dari penyanderaan. Mayoritas warga asing yang dibebaskan berasal dari Thailand. Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas dilaporkan menculik lebih dari 240 orang, kemudian membawa mereka ke Gaza. Mereka terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel telah membebaskan 210 tahanan Palestina.
Sejak memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, serangan Israel telah membunuh lebih dari 15 ribu orang. Sebanyak 10 ribu di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka melampaui 33 ribu orang.