Paus Fransiskus Berharap Hamas-Israel Bisa Kembali Sepakati Gencatan Senjata
Berakhirnya gencatan senjata berarti kematian, kehancuran, dan kesengsaraan.
REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN – Paus Fransiskus berharap Hamas dan Israel dapat kembali menyepakati gencatan senjata baru. Dia mengaku prihatin atas berlanjutnya perang di Gaza sejak kesepakatan gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel berakhir pekan lalu.
Paus Fransiskus mengungkapkan, saat ini situasi di Palestina dan Israel serius. “Saya berharap semua pihak yang terlibat dapat mencapai kesepakatan gencatan senjata baru sesegera mungkin dan menemukan solusi selain senjata serta mencoba mengambil jalan berani menuju perdamaian,” kata Paus Fransiskus lewat akun X resminya, Ahad (3/12/2023).
Dia menambahkan, berakhirnya gencatan senjata berarti kematian, kehancuran, dan kesengsaraan. Paus Fransiskus pun menyoroti kondisi penduduk Gaza yang saat ini kembali harus menghadapi minimnya pasokan esensial. Pertempuran telah menyebabkan upaya pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza sulit dilakukan.
Saat ini Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memperluas pertempurannya di Jalur Gaza. Sebelumnya IDF hanya memfokuskan konfrontasi dengan Hamas di wilayah utara Gaza. Oleh sebab itu, penduduk sipil diperintahkan mengungsi ke selatan. Namun, kini IDF pun melancarkan kampanye serangan, baik udara maupun darat, ke selatan Gaza.
Pada Ahad kemarin, militer Israel meluncurkan kampanye pengeboman ke segenap wilayah Gaza. Jet tempur serta artileri Israel turut melancarkan serangan intens ke Khan Younis dan Rafah yang berada di wilayah selatan Gaza. Jumlah korban jiwa dan luka di Gaza pun terus melambung.
“Selama beberapa jam terakhir, hanya 316 orang tewas dan 664 orang terluka yang berhasil diangkat dari reruntuhan dan dibawa ke rumah sakit, tapi banyak lainnya yang masih berada di bawah reruntuhan,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf al-Qudra.
Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, hingga Ahad kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel sudah mencapai 15.523 jiwa. Sementara korban luka menembus 41.316 orang. Angka tersebut dihitung sejak dimulainya agresi Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023.
Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Selama periode tersebut, bantuan kemanusiaan dialirkan ke Gaza. Selain itu, Hamas serta Israel turut melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera.
Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas dilaporkan menculik lebih dari 240 orang, kemudian membawa mereka ke Gaza. Mereka terdiri atas warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.
Sepanjang gencatan senjata selama sepekan, Hamas membebaskan 70 warga Israel dan 24 warga asing dari penyanderaan. Mayoritas warga asing yang dibebaskan berasal dari Thailand. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.