Keluarga Sandera Israel Marah Seusai Bertemu dengan Netanyahu
Nasib 138 sandera lain yang masih tertinggal di Gaza belum jelas.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertemu dengan keluarga sandera yang telah kembali pada Selasa (5/12/2023). Pertemuan ini digambarkan oleh beberapa dari mereka yang hadir sebagai pertemuan yang keras dan penuh kemarahan.
Pertemuan itu terjadi ketika pertempuran kembali terjadi di Jalur Gaza setelah jeda tujuh hari yang mengakibatkan kembalinya lebih dari 100 sandera dari daerah kantong tersebut. Nasib 138 sandera lain yang masih tertinggal di Gaza belum jelas.
“Saya mendengar cerita yang membuat hati saya patah, saya mendengar tentang rasa haus dan lapar, tentang kekerasan fisik dan mental,” kata Netanyahu mengeklaim cerita yang didengarnya.
"Saya mendengar dan Anda juga mendengar, tentang kekerasan seksual dan kasus pemerkosaan brutal yang tidak pernah terjadi sebelumnya," ujarnya.
Namun, nyatanya, dalam pertemuan itu, beberapa kerabat yang menghadiri pertemuan tersebut sangat kritis terhadap pemerintah. Dani Miran yang putranya Omri disandera pada 7 Oktober bersama dengan sekitar 240 warga Israel dan orang asing lainnya mengatakan, dia merasa intelijen Israel telah dihina oleh pertemuan tersebut dan keluar di tengah-tengah pertemuan.
“Saya tidak akan menjelaskan secara perinci apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut, tetapi keseluruhan kinerja ini buruk, menghina, berantakan,” kata Miran kepada Channel 13 Israel.
Miran mengatakan, pemerintah telah membuat “lelucon” mengenai masalah itu. "Mereka bilang 'kami sudah melakukan ini, kami sudah melakukan itu.' (Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya) Sinwar adalah orang yang mengembalikan rakyat kami, bukan mereka. Saya marah karena mereka mengatakan bahwa mereka mendikte sesuatu. Mereka tidak mendikte satu langkah pun," ujarnya.
Pertemuan tersebut dimaksudkan sebagai forum bagi para sandera yang dibebaskan untuk menceritakan kepada para menteri tentang pengalaman mereka selama disandera. Sebuah kelompok yang mewakili keluarga sandera mengeluarkan serangkaian kutipan tanpa nama yang dikatakan diambil dari pernyataan beberapa mantan sandera pada pertemuan tersebut.
Kutipan tersebut menceritakan penganiayaan yang dilakukan Hamas terhadap para tawana. Namun pertemuan tersebut dibayangi oleh emosi keluarga yang khawatir dengan nasib kerabat mereka yang masih ditahan.
“Itu adalah pertemuan yang sangat bergejolak, banyak orang berteriak,” kata Jennifer Master yang rekannya Andrey menjadi sandera di Gaza.
Israel mengatakan, sejumlah perempuan dan anak-anak masih berada di tangan Hamas. Sementara keluarga yang memiliki kerabat laki-laki dewasa yang disandera telah menyerukan agar mereka tidak dilupakan.
“Kami semua berusaha memastikan orang-orang yang kami cintai pulang ke rumah. Ada yang menginginkan perempuan yang ditinggalkan atau anak-anak yang ditinggalkan, dan ada pula yang mengatakan kami menginginkan laki-laki,” kata Master kepada Channel 12.