Karen Amstrong Kisahkan Aksi Salahuddin Al-Ayyubi Kala Rebut Yerusalem dari Tentara Salib

Salahuddin Al-Ayyubi berhasil taklukkan Yerusalem dengan akhlak Islam

wikipedia
Suasana perang salib memperebutkan Yerusalem (ilustrasi). Salahuddin Al-Ayyubi berhasil taklukkan Yerusalem dengan akhlak Islam
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Penguasaan pasukan Salib atas Palestina rupanya tidak berlangsung lama. Tak sampai satu abad atau tepatnya pada  1187, Palestina kembali ke tangan kaum Muslim.

Baca Juga


Salahuddin Al Ayyubi adalah orang yang paling berjasa mengembalikan Yerusalem ke pangkuan Islam. Secara bertahap, kaum Muslim kembali menguasai kawasan ini. Serangan kaum Muslim dilakukan melalui tiga fase.

Pertama, kurun waktu 1099-1146 pada saat kepemimpinan kaum Muslim berada di bawah dinasti Saljuk Turki. Saat itu pemegang otoritas Suriah yang bermaksud membentuk imperium kecil sendiri melakukan serangan kepada pasukan-pasukan Salib.

Pertama kali dilakukan oleh Maudud tetapi menemui kegagalan. Pada 1128, serangan-serangan yang dilakukan baru mulai menampakkan hasil. 

Di bawah kendali Gubernur Mosul yang bernama Zengi, Aleppo berhasil direbut. Setelah itu, Edessa ditundukkan pada 1144. Zengi sendiri meninggal dunia dua tahun kemudian dan digantikan Nuruddin. 

Kedua, proses perebutan kembali Yerusalem dari tangan pasukan Salib. Target Nurudddin adalah menaklukkan Damaskus karena dipandang dapat menjadi pembuka jalan untuk merebut Yerusalem.

Pada 1147, dia membantu penduduk setempat dari kepungan pasukan Salib pada pertempuran Perang Salib jilid II. Akhirnya, pada 1154 sebuah pemberontakan lokal memaksa para gubernur Saljuk dan masyarakat umum kota tersebut menyerahkan Damaskus kepada Nuruddin.

Nuruddin berhasil membangkitkan kembali semangat antipasukan Salib setelah Damaskus ia kuasai.

Pada periode ini terjadi beberapa kali perang salib antara pasukan Nur Al Din dan pasukan salib Eropa, tetapi belum mampu menguasai kembali Yerusalem. 

Ketika Nuruddin berhasil mengambil alih kekuasaan Mesir dari Dinasti Fatimiyyah melalui tangan Salahuddin Al Ayyubi, Mesir dan Suriah bersatu di bawah sebuah kekuasaan. Kondisi ini tentu semakin membuka kesempatan dan membentangkan jalan kepada kaum Muslim guna menaklukkan Yerusalem.

Ketiga, penyatuan Mesopotamia dan Mesir menandai fase ini. Dari Mesir, Salahuddin kemudian berhasil merebut Damaskus pada 1174, lalu Aleppo pada 1183 dan Mosul tiga tahun kemudian.

Setelah semua daerah yang mengelilingi Palestina sudah benar-benar dapat disatukan, akhirnya pada 1187, Salahuddin berhasil mengalahkan pasukan Salib melalui perang Hittin. Inilah akhir pendudukan bangsa Latin di Yerusalem. 

Pada waktut itu, kemah-kemah pasukan Salahuddin Al Ayubi bertebaran di sepanjang Lembah Tanduk Hittin. Sementara pasukan Salib berkemah di sepanjang lereng yang berdekatan dengan lembah tersebut. Mereka terlihat kelelahan setelah menempuh sebuah perjalanan panjang.

Di perkemahan pasukan Salahuddin, 12 ribu prajurit mendendangkan untaian kata penyemangat jiwa. Malam 27 Ramadhan 583 H atau 1187 M menyusupkan semangat tersendiri bagi pasukan Muslim yang akan segera bertempur dengan pasukan Salib.

Baca juga: Kalimat yang Diulang 31 Kali dalam Surat Ar-Rahman, Ini Deretan Rahasianya

 

Kemenangan seakan telah di depan mata sebab kelelahan dan perpecahan di kalangan pihak Salib sendiri. Namun, Salahuddin tak mau gegabah. Ia perintahkan pasukannya untuk melakukan pengepungan atas perkemahan pasukan Salib.

Karen Armstrong dalam bukunya Perang Suci, mengisahkan, usai fajar menyingsing pasukan Muslim yang dipimpin Salahuddin bergegas meninggalkan perkemahan dan melakukan penyerangan. Kavaleri dari pasukan Salib yang dipimpin oleh Raymund melakukan perlawanan sengit.

Pengepungan yang dilakukan pasukan Muslim pun ...

Pengepungan yang dilakukan pasukan Muslim pun kemudian berlubang. Namun kemudian Salahuddin segera memerintahkan pasukannya untuk kembali menutup lubang tersebut. Dan pasukan Muslim kemudian membentuk sebuah pengepungan yang begitu rapat.

Pertempuran pun akhirnya dimenangkan pasukan Salahuddin.''Ayahku turun dari pelana kuda kemudian bersujud di atas tanah. Ia bersyukur kepada Allah dengan tangis bahagia,'' demikian pernyataan Afdhal, anak Salahuddin, yang menyertainya dalam pertempuran tersebut.

Kemenangan ini telah membuat pasukan Salib hancur. Dan tak lama kemudian Salahuddin mampu mengambil kembali Yerusalem ke pangkuan umat Islam. Sesaat sebelum memasuki Yerusalem, ia mengatakan kepada pasukannya akan makna penting Yerusalem bagi Islam.

Kaum Muslim yang paling awal, pernah menjalankan shalat menghadap Yerusalem. Kemudian Salahuddin dan pasukannya memasuki Yerusalem tanpa perlawanan berarti. Ini terjadi pada 2 Oktober 1178 M dan sejak saat itu Yerusalem menjadi kota Muslim hingga 800 tahun lamanya.

Saat itu Salahuddin meminta pemimpin Salib dan orang-orang Kristen waktu itu untuk meninggalkan Yerusalem secara damai. Tak akan ada pertempuran, kata Salahuddin, bila tak ada perlawanan yang dilakukan terhadap pasukan Muslim. Tak ada penjarahan harta milik orang Kristen.

Dalam peristiwa itu, tak ada satu pun orang Kristen yang dibunuh. Tak ada pembantaian yang pernah dilakukan pasukan Salib kepada umat Islam seperti sebelumnya terjadi. Tak ada genangan darah yang membasahi tanah Yerusalem.

Mengutip Islamonline, setahun setelah keberhasilan Salahuddin bersama pasukannya menguasai Yerusalem, yaitu pada 584 H mereka juga kembali mencapai kemenangan gemilang dengan merebut kembali sejumlah kota dari pasukan Salib. Di antaranya adalah Gebla, Al-Lazikiyah, dan Sayhun.

Salahuddin selama hidupnya dikenal sebagai orang yang saleh. Dalam peperangan, ia pun dengan konsisten berupaya untuk tetap berjalan dalam tuntutan Alquran dan Sunnah. Tak heran bila tak ada pembantaian dan penjarahan setalah kemenangan ada di tangan.

Salahuddin juga memiliki kedekatan dengan rakyatnya. Ia tak membuat jarak dan menonjolkan statusnya ketika berhadapan dengan rakyat jelata. Ia juga memiliki semangat tinggi dalam mencapai tujuan, terutama dalam membebaskan tanah-tanah Muslim dari tangan pasukan Salib.

Baca juga: Dua Surat Alquran Dibuka dengan Kata Tabarak, Ini Rahasianya yang Agung

Sejumlah penasihat Salahuddin suatu saat pernah memberikan masukan kepadanya agar rehat sejenak saat Ramadhan. Namun Salahuddin dengan tegas menolak usulan itu. ''Kehidupan manusia sangat pendek dan kematian tak pernah memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih,'' katanya.

 

Salahuddin menambahkan, tak ingin membiarkan mereka (salib) menduduki tanah-tanah Muslim meski hanya sehari. Ia menyatakan pula bahwa Ramadhan menjadi sebuah kesempatan baginya dan pasukan Muslim untuk merebut kembali tanah-tanah Muslim yang telah diduduki pasukan Musuh. ''Ramadhan tak menjadi sebuah penghalang untuk berjuang membebaskan tanah-tanah Muslim itu,'' katanya.  

Sejarah Perlawanan Palestina - (Republika)

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler