Pefindo Proyeksi Penerbitan Obligasi Korporasi Rp 155 Triliun di 2024
Surat utang korporasi dipengaruhi nilai jatuh tempo dan pertumbuhan ekonomi di 2024.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan surat utang (obligasi) korporasi akan berada di kisaran Rp 148,15 triliun hingga Rp 169,05 triliun, dengan titik tengah berada di Rp 155,46 triliun pada 2024 mendatang di tengah penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu).
“Surat utang korporasi dipengaruhi nilai jatuh tempo dan pertumbuhan ekonomi pada 2024, prospeknya akan lebih baik dibandingkan 2023. Appetite investor, dengan suku bunga yang masih tinggi, peluang yang baik bagi investor untuk mendapatkan imbal hasil.” ujar Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto dalam Media Forum Pefindo di Jakarta, Senin (11/12/2023).
Untuk faktor pendorong, Suhindarto mengatakan kebutuhan refinancing akan lebih tinggi pada 2024, terindikasi dari nilai surat utang yang jatuh tempo pada 2024 senilai Rp 153,1 triliun, atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 yang senilai Rp 126,9 triliun.
Ia melanjutkan, dorongan dari aktivitas kampanye menjelang Pemilu serentak membuat permintaan sektor riil tetap kuat dan stabil, yang mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan berkisar pada 4,8 persen hingga 5,2 persen, dengan inflasi pada rentang 2,0 hingga 3,5 persen.
“Kondisi wait and see yang cenderung menurun, seiring kepastian kontestasi Pemilu serta program prioritas yang diusung,” ujar pria yang akrab disapa Darto itu.
Lebih lanjut, faktor pendorong selanjutnya yaitu likuiditas lembaga keuangan yang semakin ketat, membuat bunga pinjaman yang ditawarkan menjadi semakin mahal dan mendorong permintaan akan sumber pembiayaan alternatif, salah satunya melalui penerbitan surat utang.
Pefindo mencatat, surat utang korporasi jatuh tempo pada 2024 mendatang didominasi oleh perusahaan sektor multifinance senilai Rp 26,3 triliun, diikuti sektor perbankan senilai Rp 24,7 triliun, sektor telekomunikasi senilai Rp 14,1 triliun, dan sektor lembaga keuangan khusus senilai Rp 14,0 triliun.
Kemudian, sektor pembiayaan non multifinance senilai Rp 12,1 triliun, sektor pulp dan kertas senilai Rp 8,3 triliun, sektor pertambangan senilai Rp 7,5 triliun, sektor konstruksi senilai Rp 5,4 triliun, sektor properti senilai Rp 5,1 triliun, serta sektor sektor perkebunan senilai Rp 4,4 triliun, serta sektor lainnya senilai Rp 36,4 triliun.
Hingga November 2023, Pefindo mencatat penerbitan surat utang total telah mencapai senilai Rp 120,60 triliun, dengan rincian diterbitkan oleh perusahaan BUMN total senilai Rp 36,07 triliun dan diterbitkan oleh perusahaan non-BUMN total senilai Rp 84,52 triliun.