TNGC Menduga Ada Tiga Macan Tutul Anyar di Gunung Ciremai

Satu dari tiga macan itu yang bisa dipastikan jenis kelaminnya, yakni jantan.

Dok TNGC
Rasi, seekor macan tutul jawa (Panthera pardus melas) betina, dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Sabtu (5/3).
Rep: Arie Lukihardianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pengelola Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menduga, ada tiga ekor macan tutul baru di kawasan tersebut. Perkiraan tersebut muncul, setelah kamera trap yang dipasang di kawasan tersebut menangkap lima gambar yang diduga remaja macan tutul.


Hal ini terungkap saat berbincang dengan Maman Surahman, Kepala Balai TNGC di Bandung baru-baru ini. Menurutnya, berdasarkan hasil tangkapan layar dari lima kamera trap yang terpisah, setelah diteliti lebih detail, ternyata hanya tiga individu yang berusia remaja.  

 

Petugas mengangkut kandang yang berisi macan tutul (Panthera Pardus Melas) untuk dilepasliarkan di gunung Dulang kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. (Antara/Dedhez Anggara)

 

Maman mengatakan, baru satu yang bisa dipastikan jenis kelaminnya, yakni jantan. "Saat terekam kamera, macan tutul ini terekam di bagian buntut nya. Di situlah tampak jenis kelamin, karena ada semacam alat kelamin jantan pada macam tutul tersebut," ujar Maman, Selasa (12/12/2023).

Sedangkan dua individu lainnya, kata dia, masih akan dicari tahu jenis kelaminnya. Menurutnya, hal ini perlu diskusi lebih jauh dengan beberapa pihak yang concern pada keberadaan macam tutul. Dalam diskusi itu nanti pihaknya akan membuatkan peta lima kamera untuk mendiskusikan soal kemungkinan apakah tiga individu itu berbeda satu dan yang lainnya atau sama. 

"Pada diskusi nanti tentunya kami akan menganalisa dengan para ahli macan tutul, pegiat lingkungan dan pemerhati macan tutul. Nanti kita akan analisis lima foto macan tutul tersebut untuk membandingkan lorengnya atau ciri khusus lainnya, baru keluar kesimpulan yang lebih akurat," paparnya.

Menurutnya, pihaknya merasa sangat senang dengan keberadaan individu anyar di TNGC. Artinya, proses perkembang biakan terhadap tiga satwa kunci yakni macan tutul, elang Jawa dan Surili setidaknya bisa dikatakan mengalami kemajuan. 

Khusus satwa kunci macan tutul ini, kata dia, bisa berkembang karena dukungan satwa mangsa yang masih banyak. Babi hutan, trenggiling, monyet ekor panjang, landak, dan kancil juga masih sangat berlimpah di TNGC.

Selama ini, kata dia, pihaknya melakukan proteksi terhadap kawasan tersebut dengan melakukan berbagai kegiatan. Seperti sosialisasi pentingnya perkembangan ekosistem di kawasan termasuk di dalamnya pohon-pohonan dan juga populasi satwa mangsa. 

Menurutnya, terkadang pihaknya juga mendapati masyarakat di sekitar kawasan masih ada yang berburu dan melakukan pembalakan. 

"Kami hanya menyampaikan kepada mereka, silakan kalau mau berburu atau melakukan penebangan pohon, tapi jangan salahkan kami kalau suatu saat macan tutul turun gunung untuk mencari makan dan memangsa satwa peliharaan warga," paparnya.

Sosialisasi semacam itu, kata dia, dilakukan secara terbuka dan langsung ke warga. "Karena bila terus dilarang dengan kata jangan, masyarakat malah jadi penasaran untuk mencoba," katanya.

Selain sosialisasi secara langsung ke masyarakat, kata dia, pihaknya juga melakukan kerjasama dengan 64 tempat wisata yang berada di sekitar ring luar TNGC. tercatat objek wisata tersebut berada di luar kawasan, namun jaraknya sangat dekat dengan TNGC. 

"Kami ambil langkah untuk bekerja sama dengan mereka dalam melakukan pengamanan TNGC," katanya. 

TNGC berada di dua kabupaten yakni Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Memiliki luas 14.800an Hektar. Di kawasan itulah 68 kamera trap dipasang sepanjang tahun 2023.

Sebagai informasi, pada tahun 2019 di TNGC dilepas Selamet, macan tutul jantan dan tahun 2020 dilepas betina Rasi juga di TNGC. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler