Erick Thohir Bertekad Wujudkan Swasembada Gula 2030
Industri gula akan kian memiliki nilai tambah seiring program hilirisasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan hilirisasi pangan menjadi sebuah keharusan. Erick mencontohkan realita Indonesia yang pernah menjadi produsen gula terbesar dunia, kini justru menjadi slaah satu negara pengimpor gula terbesar.
"Berbicara pertumbuhan ekonomi kita yang terus meningkat lima persen per tahun sampai 2045. Artinya daya beli masyarakat akan meninggi dan kompleksitas industri makanan juga akan meninggi," ujar Erick saat menghadiri acara National Sugar Summit (NSS) di Waskita Rajawali Tower, Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Erick mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menegaskan komitmen mendukung program Swasembada gula melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). Hal ini pendorong dalam meningkatkan produktivitas gula Indonesia yang hanya sebanyak 2,24 juta ton atau lebih rendah dari kebutuhan nasional yang mencapai 7 juta ton.
"Kalau kita berkaca dengan negara-negara lain, Brasil sebanyak 38 juta ton, India dengan 32 juta ton, tetangga kita Thailand sudah 11 juta ton," ucap pria kelahiran Jakarta tersebut.
Oleh karena itu, Erick meminta BUMN yang tergabung dalam holding pangan atau ID Food untuk berbenah dan menjalin sinergitas dengan lintas sektor, swasta, investor, hingga petani dalam meningkatkan produksi gula nasional.
"Saya menantang kita semua untuk bisa swasembada gula di 2030 dengan peta jalan yang kita sepakati sama-sama dan mesti untung semua," sambung Erick.
Dengan tren pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, Erick menyampaikan industri gula di Indonesia bisa saling bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan gula nasional. Terlebih, sambung Erick, industri gula akan kian memiliki nilai tambah seiring program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah.
"Ini saya berharap kita taruh kepentingannya semua di tengah. Kita jangan terus menjadi bangsa pecundang yang akhirnya kita hanya jadi market saja, dan saya berharap kita menjadi mandiri dan kuat, toh kesempatannya ada dan tidak lama, hanya sampai 2038," kata Erick.