Sedih, Electronic Entertainment Expo Berhenti Digelar Setelah Dua Dekade

Masalah yang dihadapi E3 terus berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.

Engadget
Setelah lebih dari dua dekade menjadi pusat pameran industri video game, ESA memutuskan untuk mengakhiri E3.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Entertainment Software Association (ESA) mengumumkan bahwa Electronic Entertainment Expo (E3) resmi berhenti diselenggarakan. Kabar tersebut disampaikan via akun media sosial X (sebelumnya bernama Twitter) @theESA.

Baca Juga


"Setelah lebih dari dua dekade menjadi pusat pameran industri video game, ESA memutuskan untuk mengakhiri E3. ESA tetap fokus dalam melakukan advokasi bagi perusahaan anggota ESA dan tenaga kerja industri yang memberikan dampak positif terhadap budaya dan ekonomi setiap hari" tulis ESA seperti dilansir dari Engadget, Kamis (14/12/2023).

Kelompok perdagangan industri itu mengakui bahwa masalah yang dihadapi E3 terus berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi selama pandemi Covid-19 memperburuk kegagalan pameran video game tersebut, yang acara luringnya terakhir dihelat pada 2019.

E3 edisi tahun 2021 diadakan secara virtual, sementara E3 tahun 2020, 2022, dan 2023 tidak diadakan. ESA mengatakan kepada anggotanya pada musim semi 2023 bahwa nama-nama besar sponsor menarik diri dari E3 yang direncanakan tahun ini.

Kegiatan itu disebut tidak lagi menarik minat berkelanjutan yang diperlukan dalam ukuran, kekuatan, dan dampak signifikan pada industri. Sebelum pembatalan, ReedPop yang menyelenggarakan PAX dan New York Comic Con, didapuk sebagai pelaksana acara.

Presiden dan CEO ESA, Stanley Pierre-Louis, menyadari banyak pihak di industri, termasuk gamer dan kreator konten, memiliki minat besar dan semangat terhadap E3. Karena itu, sulit untuk mengucapkan selamat tinggal pada acara yang begitu dicintai. "Namun, ini adalah hal yang benar untuk dilakukan, mengingat peluang baru yang dimiliki industri kami untuk menjangkau penggemar dan mitra," kata Pierre-Louis.

Sebelum pandemi, sempat ada dugaan hal ini akan terjadi. Sebab, banyak penerbit dan pengembang game tidak lagi memamerkan rangkaian game mereka yang teranyar lewat E3, akibat perubahan industri game secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.  

Meskipun banyak sekali gim besar yang dirilis, penerbit kini memilih memperkenalkannya secara bertahap sepanjang tahun. Penerbit kini dapat memamerkan game mereka kepada penggemar secara langsung kapan saja dan tanpa harus berjuang untuk mendapatkan perhatian dari pesaing di pameran dagang. 

Sebagian memilih fokus untuk mendukung game layanan langsung jangka panjang yang tidak terikat pada kalender rilis apa pun. Penjualan game digital yang tinggi juga berarti bahwa penerbit dan pemegang platform tidak perlu terlalu khawatir tentang kemitraan dengan pengecer. 

Perusahaan seperti Nintendo dan Sony menarik perhatian ratusan ribu penggemar setiap kali mereka mengadakan Nintendo Direct atau State of Play. Ada begitu banyak cara bagi penerbit besar untuk menyebarkan berita tentang game mereka sehingga E3 tidak lagi diperlukan

Melewatkan E3 juga berarti perusahaan gim tidak perlu menanggung biaya menghadiri pameran dagang atau memenuhi tenggat waktu entitas lain untuk menyiapkan demo atau trailer. Di sisi lain, matinya E3 dapat merugikan studio independen yang mengandalkan pameran dagang untuk memamerkan game dengan harapan mendapatkan kesepakatan distribusi dan/atau pendanaan.  

Hal ini juga dapat merugikan penerbit kecil yang harus bersaing dengan penerbit raksasa untuk mendapatkan perhatian. Meskipun E3 mungkin sudah tidak ada lagi, acara gim tetap tidak akan berhenti. Sebut saja Gamescom dan Summer Game Fest yang tak kalah besar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler