Gara-Gara Ulah Manusia, Begini Nasib Bulan Kini
Manusia telah meninggalkan sejumlah benda di permukaan Bulan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Era geologi baru telah dimulai di Bulan, para ilmuwan menunjukkan fakta bahwa manusia memiliki pengaruh besar terhadap permukaan Bulan. Para peneliti menamakan zaman baru bulan sebagai ‘Lunar Anthropocene’.
“Proses perilaku mulai mempengaruhi latar belakang alami proses geologis di Bulan,” ujar peneliti arkeologi pascadoktoral di Universitas Kansas dan penulis utama makalah itu, Justin Holcomb, melansir Live Science, Jumat (15/12/2023).
“Kami bertujuan untuk memulai diskusi tentang dampaknya terhadap permukaan Bulan sebelum terlambat,” tambahnya. Studi baru ini diterbitkan di jurnal Nature Geoscience, pada 8 Desember 2023.
Gagasan tentang Antroposen, atau era geologi perubahan yang disebabkan oleh manusia di Bumi semakin mendapat pengakuan selama 50 tahun terakhir.
Meskipun konsep ini sekarang diterima secara umum oleh para ilmuwan, titik awal dan definisi pastinya masih diperdebatkan. Ada banyak kemungkinan titik balik, termasuk dimulainya revolusi industri dan ledakan bom atom pertama.
Namun, jika menyangkut Bulan, hal itu lebih jelas. Pada 1959, objek buatan manusia pertama, pesawat luar angkasa Soviet Luna 2, menghantam permukaan Bulan dan menciptakan kawah buatan manusia pertama, menandai dimulainya periode perubahan baru.
Bertahun-tahun setelahnya, manusia telah meninggalkan sejumlah benda di permukaan Bulan, termasuk jejak kaki, jejak penjelajah, bola golf, bendera, dan kantong kotoran manusia.
Menurut penulis penelitian, aktivitas manusia ini ternyata lebih signifikan dari yang terlihat. Sekali terjadi perubahan pada permukaan bulan, misalnya melalui tumbukan meteoroid, hal ini akan berdampak sangat lama.
Karena Bulan tidak memiliki atmosfer, bulan tidak mengalami erosi akibat angin atau hujan. Artinya, dampak apa pun yang ditimbulkan manusia terhadap permukaan bulan pada dasarnya bersifat permanen.
Usulan para ilmuwan untuk mendeklarasikan era baru di planet tetangga kita ini sangat tepat waktu, mengingat banyaknya rencana misi ke Bulan dalam waktu dekat.
Peningkatan aktivitas itu, yang disebut oleh penulis sebagai “perlombaan luar angkasa baru”, mencakup aktivitas swasta seperti wisata luar angkasa dan penambangan di Bulan.
Lalu upaya Amerika Serikat termasuk misi Artemis NASA yang bertujuan untuk mengembalikan manusia ke Bulan pada 2025 dan pada akhirnya akan kembali mengembangkan base camp Bulan.
“Saya pikir untuk meningkatkan kesadaran bahwa umat manusia akan memberikan dampak besar di Bulan sangatlah bermanfaat, karena ini adalah Wild West,” kata seorang profesor di departemen fisika ruang dan iklim di University College London yang tidak terlibat dalam studi baru ini, Jan-Peter Muller.
Perusahaan swasta mulai melihat sumber daya alam yang belum dimanfaatkan sebagai sumber baru untuk menghasilkan kekayaan dalam jumlah besar.
Namun, melindungi ‘warisan luar angkasa’ kita adalah tujuan penting lainnya dari proposal Antroposen Bulan. Berbagai sisa-sisa yang mencatat ekspansi spesies manusia ke tata surya harus dilestarikan, sama seperti perawatan di Bumi untuk menjaga lukisan gua dan artefak nenek moyang kita.
“Tema yang berulang dalam pekerjaan kami adalah pentingnya material Bulan dan jejak kaki di Bulan sebagai sumber daya berharga, serupa dengan catatan arkeologi yang berkomitmen untuk kami lestarikan,” kata Holcomb.
“Konsep Antroposen Bulan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kontemplasi mengenai dampak kita terhadap permukaan Bulan, serta pengaruh kita terhadap pelestarian artefak sejarah,” kata dia lagi.
Ilmuwan lain setuju bahwa dampak fisik dan warisan budaya umat manusia di Bulan perlu dikaji. “Saya pikir ini adalah proposal yang menarik dan tepat waktu yang akan membuat orang berpikir tentang dampak aktivitas manusia di Bulan,” kata profesor ilmu planet dan astrobiologi di Birkbeck University of London yang tidak terlibat dalam makalah tersebut, Ian Crawford.