Strategi Baru PDIP, tak Lagi Kritik Gibran, Tapi Serang Prabowo

Hasto menyerang karakter asli Prabowo dan mencibir gimik Gemoy.

Republika/Nawir Arsyad Akbar
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Jumat (15/12/2023).
Rep: Nawir Arsyad Akbar/Teguh Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --Kubu PDIP dan barisan pendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD kini tidak lagi terlalu mengkritisi putusan MK yang membuat putra Presiden Joko Widodo Gibran Rakabuming Raka lolos jadi calon wakil presiden. PDIP juga tidak lagi mengkritik atau mencibir Gibran. Justru sasaran kritik lebih diarahkan ke calon presiden Prabowo Subianto. 

Baca Juga


Setidaknya kritikan-kritikan ke Prabowo itu tercatat dari pernyataan pendukung Ganjar baik di struktur partai maupun lewat pegiat medsos. 

Tengok saja pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto yang menanggapi pernyataan Prabowo Subianto soal "ndasmu etik" dalam rapat koordinasi nasional (Rakornas) Partai Gerindra. 

Menurut Hasto, perkataan itu tak tepat jika etika dikaitkan dengan kata kasar tersebut. "Hari ini kan kita lihat video yang beredar tentang pernyataan Pak Prabowo, yang menyatakan etika itu ndasmu, itu menurut kami suatu pernyataan yang tidak tepat," ujar Hasto usai Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perempuan Indonesia Pilih Ganjar (Pijar), di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Sabtu (16/12/2023).

Menurutnya, debat yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) kemarin kembali menunjukkan karakter asli dari Prabowo. Meskipun selama ini Menteri Pertahanan (Menhan) itu kerap dicitrakan dengan diksi "gemoy".

"Maka etika itu harus kita pegang, jadi bukan hanya format debatnya. Bukan juga hanya bagaimana debat itu diselenggarakan dimana, tetapi etika dari seluruh peserta pemilu presiden itu harus dikedepankan," ujar Hasto.

Dalam debat calon presiden (capres), Anies Rasyid Baswedan bertanya kepada Prabowo ihwal Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang menyatakan adanya pelanggaran etik. Pelanggaran etik tersebut terjadi akibat putusan terkait calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bisa meloloskan Gibran Rakabuming Raka.

Prabowo pun mengungkit pertanyaan Anies tersebut dalam Rakornas Partai Gerindra pada Sabtu (15/12/2023). Dalam video yang beredar di media sosial, capres nomor urut 2 itu mengeluarkan kata "ndasmu etik".

"Bagaimana perasaan Mas Prabowo soal etik..etik. etik…ndasmu etik!" kata Prabowo di acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra yang digelar tertutup di JIExpo, Jakarta.

Sebelumnya Hasto Kristiyanto juga mengatakan, bahwa debat telah mengembalikan karakter asli Prabowo Subianto, yang selama ini kerap dicitrakan "gemoy". "Pak Prabowo tampil pada jati dirinya yang selama ini mencoba dipoles dengan gemoy, tetapi debat telah mengembalikan suatu karakter asli dari Pak Prabowo," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Jumat (15/12/2023).

 

 

Debat tersebut juga akan menjadi momentum titik balik bagi Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam merebut suara rakyat. Meskipun dalam banyak hasil survei, Prabowo kerap mengisi posisi teratas dalam segi elektabilitas jelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Sementara itu pendukung Ganjar-Mahfud di media sosial juga menyerang Prabowo.  Denny Siregar misalnya mengunggah foto Prabowo yang sedang melet.  Unggahan foto itu direspons lebih dari 400 komentar. Unggahan itu memicu kontroversi apakah itu gambar hoaks atau bukan? Namun yang pasti hingga Sabtu (16/12/2023), gambar itu tidak dihapus. 

 "Buzer sekelas deny aja masih bisa kena tipu gambar editan😂," tulis salah satu akun. 

Akun Goenawan Mohamad juga semakin gencar mengkritik Prabowo dan masa lalunya. 

"Seorang pemimpin dinilai dari pilihan kebijakan dan tindakannya. Utk mempertahankan kekuasaan Orde Baru,  jendral Prabowo, di puncak kekuasannya, menculik sejumlah aktivis.  Secara moral dia cacat. Secara hukum dia salah, maka dia dipecat. Secara politis dia melakukan sesuatu yg sia-sia." 

 "Ternyata Orde Baru jatuh juga, dgn nama buruk karena penculikan itu.  Dengan rekam  jejak spt itu,  bagi saya ia tak meyakinkan  akan mampu memimpin Indonesia jadi negeri yg maju — apalagi jika “maju” berarti adil dan beradab."

 

 Elektabilitas turun

 

Sebelumnya PDIP dan kubu Ganjar berulang kali mengkritik putusan MK yang meloloskan Gibran Rakabuming Raka jadi cawapres. Tak hanya itu, istri Jokowi, Iriana juga tak lepas dari kritikan yang dilancarkan oleh politikus PDIP.

Namun dengan strategi tersebut, suara Ganjar tak menunjukkan kenaikan jika melihat dari hasil sejumlah survei. Alih-alih naik, sejumlah survei mengungkapkan bagaimana elektabilitas Ganjar yang sudah mulai disusul oleh Anies-Muhaimin. Bahkan di survei Litbang Kompas, Anies-Muhaimin sudah menyalip Ganjar-Mahfud. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler