Meski Banyak Penundaan Film, Box Office Tahun 2025 Diperkirakan Capai Rp 31 Triliun
Penonton saat ini lebih selektif dalam memilih film.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para eksekutif studio dan pemilik teater ternama di Hollywood tampaknya tidak merasakan semangat akhir tahun pada musim ini. Mereka harus bersiap menghadapi 2024 yang penuh gejolak di box office domestik. Banyak film terkenal telah diundur hingga 2025 karena pemogokan penulis dan aktor yang berkepanjangan, sehingga memberikan pukulan besar bagi upaya pemulihan pascapandemi.
Proyeksi pendapatan box office domestik pada 2024 diperkirakan lebih rendah dari 2023, yang mengejutkan banyak pihak. Para eksekutif studio yang berbicara dengan The Hollywood Reporter memperkirakan pendapatan box office dalam negeri tahun 2024 mencapai antara 7,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 116,4 triliun) hingga 8 miliar dolar AS (sekitar Rp 124,2 triliun).
Ini berbeda jauh dari prediksi sebelumnya yang mencapai 8,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 136,6 triliun) hingga 8,9 miliar dolar AS (sekitar Rp 138,2 triliun). Beberapa bahkan lebih optimis dengan rentang antara 8 miliar dolar AS hingga 8,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 131,9 triliun).
Penyebab utamanya adalah kalender rilis yang minim, terutama pada tiga bulan pertama tahun tersebut. "Ini adalah bencana," kata salah satu eksekutif studio terkait paruh pertama tahun mendatang, dilansir The Hollywood Reporter, Sabtu (16/12/2023).
Secara keseluruhan, box office global berisiko mengalami kerugian sebesar 2 miliar dolar AS (Rp 31 triliun) atau lebih, akibat penundaan film-film besar tahun 2024 ke tahun 2025. Beberapa film besar yang terkena dampak termasuk lanjutan dari franchise seperti Mission: Impossible dari Tom Cruise, Captain America: Brave New World yang dibintangi Anthony Mackie dari Marvel, serta adaptasi live-action Snow White dari Disney yang diperankan oleh Rachel Zegler, dan sekuel dari Spider-Verse milik Sony. Film-film lainnya yang awalnya dijadwalkan untuk tahun 2024 termasuk Blade, Elio, Thunderbolts, dan Dirty Dancing.
"Realitasnya adalah box office telah berubah. Ada dua peristiwa besar dalam beberapa tahun terakhir, pertama adalah pandemi, dan sekarang pemogokan. Sementara itu, platform streaming meledak," ujar analis dari LightShed Ventures, Rich Greenfield.
Tidak ada kepastian kapan atau apakah box office Amerika Utara akan kembali ke tingkat sebelum pandemi, yang mencapai 11 miliar dolar AS (sekitar Rp 170,8 triliun) per tahun. Bahkan pendapatan tahun 2023 pun tidak akan melampaui 9 miliar dolar AS (sekitar Rp 139,7 triliun), terutama setelah November yang suram, yang semakin memperumit situasi ini.
"Minat penonton dalam menonton film telah berubah secara permanen, mereka lebih selektif," kata Greenfield.
Penurunan jumlah rilis film....
Penurunan jumlah rilis film layar lebar dari tahun ke tahun menjadi sorotan dalam presentasi National Research Group untuk tahun 2023 dan perkiraan tahun 2024 kepada klien, termasuk semua studio besar Hollywood. Data menunjukkan penurunan jumlah rilis lebar dari tahun ke tahun, dengan hanya sekitar 82 rilis besar yang direncanakan pada tahun mendatang, jauh dari perkiraan 97 hingga 99 pada tahun sebelumnya.
Meskipun penonton mulai kembali ke bioskop dalam jumlah besar, box office musim gugur dan awal musim dingin mengalami kesulitan. Pendapatan pada November turun 43 persen dari rata-rata lima tahun sebelum pandemi, mencatat persentase penurunan terburuk sejak pandemi. Keberhasilan film-film liburan akhir tahun diharapkan dapat mengisi celah, tapi ada ketidakpastian mengenai apakah mereka dapat menutupi defisit yang ada.
Para analis optimis melihat paruh kedua tahun 2024 dengan rilis seperti Deadpool dari Marvel yang belum diberi judul dan film animasi seperti Inside Out 2, serta Despicable Me 4. Namun, masih ada kekhawatiran terkait bioskop-bioskop tertentu yang mungkin tidak bertahan di tengah kondisi yang sulit ini.
Sementara para pemilik bioskop mengandalkan film-film liburan seperti Wonka, Aquaman and the Lost Kingdom, dan The Color Purple untuk meningkatkan pendapatan, tetap ada ketidakpastian mengenai bagaimana industri ini akan melanjutkan pemulihannya.