Danone dan Kagama Dorong Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan

Permasalahan lingkungan dan kesehatan merupakan hal yang serius dan saling terkait.

www.pixabay.com
Isu pengelolaan lingkungan berkelanjutan dan peningkatan kesehatan masyarakat merupakan isu prioritas yang perlu untuk terus didorong. (ilustrasi)
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini, Danone Indonesia bersama Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) menandatangani nota kesepahaman antara kedua lembaga sebagai upaya mendorong pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Isu pengelolaan lingkungan berkelanjutan dan peningkatan kesehatan masyarakat merupakan isu prioritas yang perlu untuk terus didorong, dan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah.

Baca Juga


Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto mengatakan Danone Indonesia telah memiliki pengalaman panjang mendukung program pemerintah, khususnya dalam mengelola lingkungan secara berkelanjutan seperti konservasi air dan pengelolaan sampah untuk mendorong ekonomi sirkular, serta program edukasi terkait pencegahan stunting. "Kami berharap kolaborasi bersama Kagama kali ini dapat memperluas jangkauan dan cakupan edukasi untuk mendorong pengelolaan lingkungan dan pencegahan stunting, sekaligus menjadi akselerator terdepan dalam pencapaian program-program prioritas pemerintah untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik,” ujarnya dalam siaran pers.

AAGN Ari Dwipayana, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Kagama, menyampaikan permasalahan lingkungan dan kesehatan di masyarakat merupakan hal yang serius dan saling terkait. Penandatanganan Nota Kesepahaman untuk kolaborasi antara Kagama dan Danone Indonesia hari ini menandai langkah awalnya.

"Dengan keberadaan Kagama di 34 provinsi, kami berharap sinergi ini dapat memperluas cakupan edukasi pencegahan stunting serta mendorong akses air bersih dan penerapan ekonomi sirkualr di masyarakat, sembari membantu menaga kelestarian lingkungan,” ujarnya.

Saat ini, pengelolaan sampah secara berkelanjutan masih perlu menjadi perhatian serius di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, sampah di Indonesia telah mencapai 67,8 juta ton sampah, yang kemudian naik menjadi 70 juta ton sampah pada 2022.

Sampah plastik masih menjadi kontributor terbesar dalam meningkatnya total keseluruhan jumlah sampah di ranah nasional. Padahal, jika sampah plastik terkelola dengan baik, maka dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku kemasan produk baru ataupun barang lain yang bernilai ekonomi serta dapat menjadi sumber mata pencaharian baru di sektor informal.

Tidak kalah penting, kualitas air di Indonesia masih dalam status yang mengkhawatirkan, dengan Indeks Kualitas Air di Indonesia hanya menempati 53,88 poin pada 2022. Data dari Kementerian Kesehatan RI juga menunjukkan 28 juta masyarakat Indonesia masih belum mempunyai akses air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai.

Dalam aspek gizi, menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI, prevalensi stunting  telah menurun dari 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada tahun 2022. Meski mengalami penurunan, pemerintah masih menargetkan penurunan lebih lanjut menjadi 14 persen pada tahun 2024.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler