Netanyahu Dituduh Abaikan Peringatan Dinas Rahasia Dua Pekan Sebelum Serangan Hamas
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid tuntut Netanyahu mundur.
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menuduh pemerintahan Benjamin Netanyahu mengabaikan peringatan oleh Dinas Rahasia. Menurutnya, rencana serangan Hamas terhadap fasilitas militer Israel pada 7 Oktober 2023 sudah diketahui.
"Banyak kegagalan pada negara kami sebelum serangan Hamas. Kami harus menyelidiki tepatnya bagaimana hal ini dapat terjadi," kata Lapid yang juga mantan perdana menteri dan pemimpin partai berhaluan tengah pada Selasa (19/12/2023).
"Dua pekan sebelum serangan Hamas, saya menerima informasi dari Dinas Rahasia Israel bahwa kekerasan akan segera terjadi di Gaza dan Tepi Barat. Saya telah memberi peringatan mengenai ini dalam konferensi pers, yang sayangnya tidak ada yang mau mendengar," kata Lapid.
Lapid, yang sedang mengunjungi Jerman, membuat pernyataan tersebut dalam wawancara eksklusif dengan surat kabar terlaris di negara itu, Bild. Politikus berpengalaman itu mengulang kritiknya terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mitra politik sayap kanannya serta menggarisbawahi perlunya perubahan politik pada negaranya.
"Ya, itu benar, saya menuntut melalui media Israel bahwa sebaiknya Netanyahu mengundurkan diri dan memulai pergantian pemerintahan secara tertib. Seharusnya, itu terjadi sehari setelah serangan Hamas. Bencana itu terjadi pada masa jabatannya dan itu kesalahannya," ujarnya.
Di sisi lain, Lapid, yang merupakan ketua partai Yesh Atid, menyalahkan Hamas atas terjadinya perang. Dia menuduh Hamas menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia, dan berpendapat bahwa operasi militer Israel harus dilanjutkan sampai Hamas hancur.
"Keputusan untuk melancarkan serangan darat adalah tepat. Kami harus mempertahankan diri. Jerman pasti akan melakukan hal yang sama jika teroris melakukan pembantaian di Muenchen, misalnya," ujar dia.
Lapid juga mendukung saran agar badan keamanan negaranya melakukan operasi yang ditargetkan untuk membunuh para pemimpin Hamas di seluruh dunia. Dia tidak mengesampingkan negosiasi dengan Hamas, tapi menolak memberikan rincian mengenai kemungkinan kondisi atau tuntutan Israel.
"Kami harus memberikan penawaran pada Hamis di titik tertentu. tapi saya tidak akan membahasnya secara terbuka apa yang mungkin terjadi," kata Lapid yang menyebut Hamas sebagai teroris.
Mengenai skenario pascaperang, Lapid mengatakan mereka tidak berniat menduduki Gaza setelah perang. Ia menyebut mungkin ada berbagai pilihan yang harus menjamin keamanan Israel.
"Saya pikir Palestina harus mengurus Gaza sendiri, bekerja sama dengan Amerika atau organisasi internasional," katanya.
"Tetapi Israel harus bisa melakukan intervensi militer di Gaza kapan saja di masa depan. Sama seperti di Tepi Barat saat ini. Kami harus menjamin keamanan kami dan mencegah kebangkitan Hamas," ujarnya.