Saat Nabi Muhammad Ditantang untuk Melawan Takdir Ajal, Ini Penegasan Beliau

Nabi Muhammad SAW kerap diejek dan diolok-olok oleh orang kafir.

Dok Republika
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad
Rep: Imas Damayanti Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW kerap diejek dan diolok-olok oleh orang kafir Quraisy yang tidak mempercayai risalah Islam. Sampai suatu ketika, Nabi ditantang untuk melawan takdir seperti maut dan musibah agar dapat dihalau untuk membuktikan kenabiannya. 

Baca Juga


Allah berfirman dalam Surat Yunus ayat 49:

قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ لِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

"Qul lā amliku linafsī ḍarraw wa lā naf‘an illā mā syā'allāh(u), likulli ummatin ajal(un), iżā jā'a ajaluhum falā yasta'khirūna sā‘ataw wa lā yastaqdimūn(a)."

Yang artinya, "Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak kuasa (menolak) mudarat dan tidak pula (mendatangkan) manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki.” Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak (pula) dapat meminta percepatan."

Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah menafsirkan ayat tentang orang-orang musyrik yang berulang-ulang mengatakan, “Bilakah datang janji, yakni ancaman, Wahai Muhammad beserta pengikut-pengikutmu yaitu orang-orang yang benar, cobalah segera datangkan siksa itu."

Tujuan dari orang-orang musyrik tersebut adalah mengejek agar disegerakan datangnya siksa. Maka ayat ini merupakan jawaban dari pertanyaan orang-orang musyrik itu. Rasulullah SAW sendiri tidak mampu menolak kemudharatan dan tidak pula dapat mendatangkan kemanfaatan untuk dirinya sendiri. 

Jika demikian, bagaimana mungkin Rasulullah dapat menghadirkannya kepada orang lain? Apa yang akan terjadi kepada manusia adalah kehendak Allah yang waktu dan kadarnya telah ditetapkan oleh-Nya. Sehingga semua itu bersifat gaib dan Rasulullah tidak mengetahui hal tersebut. 

Ketika itu seakan-akan orang musyrik ada yang berkata, “Mengapa engkau tidak berdoa saja agar kami segera disiksa-Nya dan engkau bersama kaum Muslimin dapat dengan bebas melakukan apa yang dikehendaki-Nya?” Maka usul mereka yang seperti itu disanggah dengan ayat ini. 

Bahwa setiap umat mempunyai takdir ajal atau kebinasaan yang tidak dapat diajukan atau ditunda. Karena itu, tunggulah datangnya ajal itu. Apabila telah datang ajal mereka, yakni setiap orang, maka mereka tidak dapat memajukan atau memundurkannya walau sedetik. 

Adapun dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan, Allah mengajarkan kepada Rasulullah SAW jawaban yang harus dikatakan kepada mereka dengan memerintahkan kepada Rasulullah agar mengatakan kepada mereka bahwa Rasulullah tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak pula mendatangkan kemanfaatan kepada dirinya. 

Sebab Rasulullah hanya utusan Allah yang tidak berkuasa untuk mempercepat ataupun memperlambat datangnya siksaan yang dijanjikan Allah kepada mereka, sebagaimana ia juga tidak dapat memperlambat datangnya pertolongan Allah yang dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang Muslimin.

Akan tetapi datangnya manfaat dan mudharat yang ditimpakan kepada manusia, tiada lain hanyalah atas kehendak Allah semata. Itu berarti apabila Allah menghendaki terjadinya sesuatu, maka hal itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kehendak Rasul-Nya, karena kehendak itu hanyalah semata-mata milik Allah yang memelihara alam semesta. Tugas Rasul hanyalah menyampaikan kehendak Allah, bukan menciptakan kehendak. Apabila Rasulullah mengetahui akan hal-hal yang gaib, tidak lain hanya karena mengetahuinya dari wahyu Allah semata.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler