Ini Jurus BI Pastikan Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah
Instrumen SRBI telah secara aktif diperdagangkan di pasar sekunder.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan akan terus memperkuat inovasi untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Khususnya dalam memastikan terkendalinya inflasi dan tetap stabilnya nilai tukar rupiah.
"Dalam kaitan ini, Bank Indonesia mengoptimalkan instrumen moneter SRBI, SVBI, dan SUVBI yang pro market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung upaya menarik portofolio inflows," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Desember 2023, Kamis (21/12/2023).
Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan aset SBN dan surat berharga valas yang dimiliki oleh Bank Indonesia sebagai underlying. Perry menyebut lelang SRBI dan SVBI hingga 19 Desember 2023 masing-masing telah mencapai Rp 229,95 triliun dan 421,50 juta dolar AS.
Dia menuturkan, instrumen SRBI telah secara aktif diperdagangkan di pasar sekunder. Hal tersebut tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp 52,87 triliun.
Sementara itu, posisi nonresiden di SVBI tercatat sebesar enam juta dolar AS. Selain itu, Bank Indonesia juga menerbitkan SUVBI sebagai instrumen moneter valas yang hingga 19 Desember 2023 telah mencapai 129 juta dolar AS.
"Berbagai inovasi instrumen ini diharapkan dapat mendukung strategi operasi moneter yang pro market dan dapat menarik aliran modal masuk untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global," jelas Perry.
BI mencatat nilai tukar rupiah pada 20 Desember 2023 menguat secara rata-rata sebesar 0,44 persen dibandingkan dengan perkembangan pada November 2023. Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah menguat 0,37 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.
"Posisi tersebut lebih baik dibandingkan dengan Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand yang masing-masing tercatat melemah sebesar 0,05 persen, 0,53 persen, dan 0,85 persen," ucap Perry.