PBB: Warga Gaza tidak Memiliki Tempat Aman

Warga sipil tidak tahu lagi harus pergi ke mana.

AP Photo/Adel Hana
Palestinians inspect the rubble of a building of the Al Nawasrah family destroyed in an Israeli strike in Maghazi refugee camp, central Gaza Strip, Monday, Dec. 25, 2023.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ketua tim Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, Gemma Connell, mengatakan banyak warga Palestina di Gaza yang mengikuti perintah tentara Israel untuk mengungsi dan pindah ke tempat yang ditetapkan sebagai zona aman tidak dapat tempat di lahan yang sudah sangat padat. Connell sudah bertugas di Gaza selama beberapa pekan.

Baca Juga


Ia menggambarkan situasi ini sebagai "papan catur manusia." Di mana ribuan pengungsi harus kembali mencari tempat perlindungan dan tidak ada jaminan tujuan mereka akan aman.  

Selama beberapa pekan terakhir Amerika Serikat (AS) menekan Israel mengambil langkah lebih jauh untuk memperkecil jumlah korban sipil dengan menetapkan zona aman dan memastikan rute kemanusiaan yang dapat digunakan pengungsi melakukan perjalanan dengan aman.

"Warga menuju selatan dengan memasukan matras dan semua benda mereka ke dalam van dan truk dan mobil untuk mencoba dan menemukan tempat aman," kata Connell di Deir al-Balah, Gaza tengah, Senin (26/12/2023).

"Saya berbicara dengan banyak orang, ruang yang tersisa di Rafah ini sangat kecil, orang-orang tidak tahu kemana lagi mereka harus pergi dan pergerakan orang rasanya seperti papan catur manusia karena ada perintah evakuasi di tempat lain.

"Orang-orang melarikan diri dari satu area ke area yang lain, tapi mereka juga tidak aman di sana," kata Connell.

Militer Israel mengklaim mereka meminta warga pindah dari medan tempur tapi Hamas dengan sistematis mencegah upaya tersebut. Juru bicara militer Israel mengatakan Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, tuduhan yang dibantah keras kelompok pembebasan Palestina itu.

Connell menceritakan kematian anak laki-laki berusia 9 tahun bernama Ahmed di Rumah Sakit al-Aqsa di Deir Al-Balah. Di rumah sakit itu ribuan orang terluka akibat serangan udara Israel dirawat.

"Ia (Ahmad) tidak berada di area yang diperintahkan dievakuasi, ia berada di tempat yang seharusnya aman, tidak ada tempat yang aman di Gaza," kata Connell.

Ia menambahkan serangan udara terbaru Israel terjadi saat ia berada di rumah sakit dan ia melihat sendiri korban luka dibawa ke sana. Connell memperlihatkan pesan notifikasi dari militer Israel yang memerintahkan warga di Gaza tengah untuk melakukan evakuasi.

Pesan itu mengatakan Angkatan Bersenjata Israel (IDF) akan segera beroperasi di pemukiman mereka dan meminta mereka mengungsi "sementara dan pindah ke tempat perlindungan sementara" di Deir al-Balah.

"IDF akan bertindak melawan Hamas di mana pun mereka beroperasi, dengan berkomitmen penuh pada hukum internasional, sambil membedakan antara teroris dengan warga sipil, dan mengambil semua langkah pencegahan untuk meminimalisir korban dari warga sipil," kata juru bicara IDF.

Pemerintah AS berulang kali mengatakan mereka berharap Israel menurunkan skala operasi ke tahapan intensitas serangan lebih rendah dengan lebih teliti dalam menetapkan target. Namun Israel mengintensifkan serangannya.

Malam Natal menjadi malam paling mematikan bagi warga Gaza selama perang yang sudah berlangsung selama 11 pekan. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan serangan udara Israel di selatan dan tengah Gaza menewaskan lebih dari 100 warga Palestina, sehingga total korban jiwa menjadi hampir 20.700 orang.

Saat warga Palestina berduka kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk terus memerangi Hamas.

 

sumber : Reut
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler