BDS: Boikot di Indonesia Mereda Bila Israel Berhenti Menyerang Gaza
Gerakan di Indonesia situasinya masuk dalam kategori boikot grassroot.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seruan boikot produk yang terafiliasi dengan Israel kini masih terus dilakukan. Co-Founder Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) Indonesia Giri Ahmad Taufik mengatakan, gerakan di Indonesia situasinya masuk dalam kategori boikot grassroot.
"Dalam boikot grassroot ini agak susah karena organik sekali, jadi bukan aksi politik yang sifatnya strategis. Saya pikir aksi boikot grassroot mulai dapat diredakan kalau Israel berhenti menyerang Gaza dan keluar dari Gaza," ujarnya kepada Republika dikutip Rabu (27/12/2023).
Sehingga, bila perusahaan tersebut masih terasosiasi sebagai perusahaan Amerika Serikat, menurut Giri tetap akan sulit untuk keluar dari seruan boikot yang sifatnya grassroot. Ia mengungkapkan, saat ini yang masuk dalam daftar boikot BDS hanyalah produk dari Unilever dan perusahaan asuransi AXA.
"Yang ada di list BDS saat ini hanya Unilever, sebagai yang masuk kategori boikot, dan ini mereka ditekan untuk menghentikan operasinya di Israel. Kemudian juga ada AXA perusahaan asuransi, yang membiayai bank-bank Israel memberikan KPR ke para kolonialis di Tepi Barat," ungkapnya.
Sebagai informasi, agresi militer yang dilakukan Israel tersebut mendapatkan perlawanan, salah satunya adalah gerakan BDS yang didukung oleh koalisi kelompok masyarakat sipil Palestina pada 2005 lalu. Gerakan ini berupaya untuk menentang dukungan internasional terhadap apa yang mereka sebut sebagai apartheid Israel dan kolonialisme pemukim di mana penjajah menggantikan komunitas pribumi. Gerakan ini juga menjunjung tinggi prinsip bahwa warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya.
Salah satu pendiri BDS, Omar Bargouhti mengatakan, Israel selama bertahun-tahun telah mendedikasikan seluruh kementerian pemerintahnya untuk memerangi gerakan BDS. Berdasarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, gerakan BDS dengan tegas menentang segala bentuk rasisme, termasuk Islamofobia dan anti-Semitisme.
"BDS menargetkan keterlibatan, bukan identitas," kata Barghouti dikutip dari Al Jazeera, Senin (18/12/2023).
Ia menambahkan, boikot yang terjadi di seluruh dunia terhadap McDonald’s, Burger King, Pizza Hut, Papa John’s dan perusahaan lainnya saat ini berasal dari kampanye akar rumput organik, bukan diprakarsai oleh gerakan BDS. Salah satu alasan utama boikot ini adalah karena cabang atau franchise (waralaba) perusahaan tersebut di Israel secara terbuka mendukung dan memberikan sumbangan dalam bentuk barang kepada militer Israel selama serangannya.
Akibat aksi boikot ini, banyak pemilik bisnis waralaba global tersebut yang dimiliki secara lokal khawatir akan dampak buruk ekonomi dan pengangguran yang dapat ditimbulkan oleh boikot tersebut. "Fakta bahwa banyak aktivis boikot spontan kini menghubungi gerakan BDS untuk mendapatkan panduan dalam membangun kampanye yang strategis dan berkelanjutan memberi kita harapan menghentikan perang genosida Israel saat ini di Gaza," ujar Barghouti.