Johnson&Johnson Tambah Diboikot, Mantan Petinggi Serukan Pembunuhan Warga Palestina
Johnson and Johnson didompeng oleh Vanguard, Blackrock.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak kelompok hak asasi manusia (HAM) telah menyerukan boikot terhadap perusahaan raksasa di bidang layanan kesehatan dan barang konsumsi, Johnson & Johnson atas keterlibatannya dalam mendukung aksi penjajahan Israel terhadap Palestina.
Bagai diingatkan kembali untuk diboikot, Mantan Wakil Presiden Johnson & Johnson Sam Maldonado memicu kembali gelombang tersebut dengan ujaran kebenciannya di media sosial. Ia meminta pemerintah Israel untuk membunuh semua warga Palestina.
"Wakil Presiden Sam Maldonado berkata: Mungkin Bibi (Perdana Menteri Israel) menerima pesan dari Tuhan untuk membunuh semua warga Palestina," ujar Sam seperti dilansir dari akun X, @SouthAsiaIndex pada Selasa (26/12/2023).
Dalam LinkedIn-nya, Sam menulis bahwa orang-orang mungkin menyebut ini pembersihan etnis atau genosida, tetapi, dia katakan, orang-orang terpilih tahu bahwa ini adalah ketaatan kepada Tuhan.
Kelompok HAM mengatakan Johnson & Johnson pantas mendapat boikot lantaran tak punya keberanian memecat Sam atas pernyataannya tersebut.
Dalam laporan Watanserb, akun 'Islamic Affairs' mengumpulkan komentar Sam tentang Gaza dari akun resminya dalam sebuah video, dan menggambarkannya sebagai komentar yang mengerikan. Dalam video tersebut, Mantan Wakil Presiden Johnson & Johnson yang sudah mengundurkan diri pada 2022 itu mengakui perlunya memusnahkan semua orang di Gaza mengutip teks agama Taurat yang dipalsukan.
Akun tersebut juga melampirkan serangkaian komentar Wakil Presiden Johnson di platform LinkedIn, di mana ia secara terbuka menyerukan pembunuhan terhadap semua orang, khususnya menargetkan seluruh penduduk Gaza tanpa kecuali.
Islamic Information Foundation, yang berbasis di Inggris, memasukkan nama Johnson & Johnson di antara 140 merek global populer dalam Kampanye Boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang mendukung agresi Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Seberapa erat hubungan Johnson & Johnson dengan Israel...
Perusahaan raksasa di bidang layanan kesehatan dan barang konsumsi, Johnson & Johnson, dalam sorotan dunia atas hubungannya dengan Israel. Perusahaan menghadapi pengawasan ketat atas dugaan hubungannya dengan Israel.
Terlepas dari reputasi globalnya dan komitmennya terhadap perilaku etis, penerimaan perusahaan terhadap Penghargaan Jubilee Israel pada tahun 1998 dan investasi strategis selanjutnya di kawasan ini telah membayangi pendirian etisnya.
Penerimaan Johnson & Johnson atas Jubilee Award yang diberikan oleh Perdana Menteri Israel Netanyahu, dan akuisisi besar Biosense sebesar 400 juta dolar AS menggarisbawahi keterlibatan perusahaan tersebut dalam lanskap ekonomi Israel.
Tindakan-tindakan ini, yang seolah-olah merayakan hubungan ekonomi, mengundang skeptisisme mengenai pertimbangan etis yang mengatur keputusan strategis Johnson & Johnson dan meningkatkan kekhawatiran mengenai keselarasan etika di tengah kompleksitas geopolitik.
Perluasan jejak Johnson & Johnson di Israel melalui kolaborasi, investasi, dan pendirian inkubator bioteknologi menghadirkan dikotomi antara upaya perusahaan dalam melakukan inovasi ilmiah dan potensi kompromi etika yang diperlukan dalam keterlibatannya di wilayah yang sensitif secara politik.
"Garis kabur antara kepentingan perusahaan dan tanggung jawab etis semakin mencemari reputasi perusahaan," tulis laporan yang dilansir mayniaga pada Selasa (26/12/2023).
Komitmen Johnson & Johnson terhadap solusi layanan kesehatan yang komprehensif sangat bertentangan dengan dugaan keterlibatannya dalam bidang ekonomi dan politik Israel yang penuh kontroversi. Kehadiran perusahaan secara global yang luas dan disandingkan dengan dugaan keterkaitannya dengan perekonomian Israel memicu perdebatan mengenai etika perusahaan, motif yang berorientasi pada keuntungan, dan masalah moral yang dihadapi oleh perusahaan multinasional
Terungkapnya kontribusi keuangan besar Johnson & Johnson kepada Israel dan kelompok afiliasinya memperburuk kekhawatiran mengenai pedoman etika perusahaan.
Hubungan Johnson & Johnson dengan Israel, mulai dari penghargaan bergengsi hingga keterlibatan finansial yang signifikan, menimbulkan pertanyaan mendasar tentang kewajiban etika perusahaan multinasional.
Ketika gerakan global yang menganjurkan boikot dan protes terhadap entitas yang terkait dengan Israel mendapatkan momentumnya, afiliasi perusahaan tersebut menimbulkan tantangan besar terhadap kredibilitasnya dan posisi di antara konsumen yang menghargai pertimbangan etis dalam pilihan mereka
Perbedaan antara nilai-nilai yang dianut Johnson & Johnson dan tindakannya sehubungan dengan Israel menumbuhkan skeptisisme dan dilema etika di kalangan konsumen.
"Pengawasan seputar dugaan hubungan dukungan perusahaan dengan Israel menempatkan perusahaan pada titik kritis, di mana tanggapan dan transparansi mengenai keterlibatan ini akan secara signifikan membentuk reputasi dan persepsi konsumen di masa depan," tutupnya.
Johnson & Johnson sendiri adalah raksasa global di bidang farmasi, bahan medis, dan produk keseharian. Perusahaan sudah berdiri sejak 1886 diusung oleh kakak beradik Robert, James, dan Edward Johnson di Amerika Serikat. J&J kini punya 260 perusahaan operasional di 60 negara dengan 134 ribu karyawan.
Pemilik utamanya adalah perusahaan yang disebut-sebut sebagai "sindikat" Israel, seperti Vanguard Group Inc, BlackRock, State Street Corp, JPmorgan, dan Morgan Stanley.