Mesir Menunggu Tanggap Rencana untuk Akhiri Perang Gaza
Kairo mengajukan proposal kerangka kerja mengakhiri konflik antara Israel dan Hamas.
REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir mengkonfirmasi Kairo mengajukan proposal kerangka kerja untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Kerangka kerja ini mencakup tiga tahap yang diakhiri dengan gencatan senjata.
Mesir mengatakan mereka sedang menunggu tanggapan atas rencana tersebut. Dalam pernyataannya kepala Layanan Informasi Negara Mesir Diaa Rashwan mengatakan Mesir akan memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana tersebut setelah menerima tanggapan.
"(Proposal tersebut merupakan upaya) untuk mendekatkan sudut pandang antara semua pihak yang berkepentingan, dalam upaya menghentikan pertumpahan darah Palestina dan agresi terhadap Jalur Gaza serta memulihkan perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut," kata Rashwan Kamis (28/12/2023) lalu.
Sebelumnya sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan proposal tersebut mencakup beberapa tahap gencatan senjata yang melibatkan pembebasan tahanan Israel dan Hamas. Salah satu sumber Mesir mengatakan ide pemerintahan Gaza pasca-perang juga sudah diajukan.
Sementara itu pasukan Israel menyerang wilayah tengah dan selatan Jalur Gaza. Warga bersiap menghadapi serangan darat baru ke daerah yang dipadati puluhan ribu pengungsi Palestina.
Petugas medis mengatakan serangan udara Israel ke sebuah rumah di selatan Kota Khan Younis pada Kamis malam menewaskan delapan orang. Palang Merah Palestina mengatakan tiga warga Palestina tewas dan enam lainnya terluka dalam serangan rudal Israel ke sebuah rumah di kamp Maghazi di Gaza tengah.
"Tugas di sini adalah untuk membubarkan Hamas, jadi mereka tidak lagi memiliki kapabilitas militer dan pemerintahan," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
"Kami akan perlu menunjukkan banyak tekad dan keteguhan," ujarnya dikutip dari laman Reuters.
Jurnalis Palestina mengunggah foto-foto tank-tank Israel di dekat masjid yang dibangun di daerah Bureij, Gaza tengah. Hamas merilis video yang menunjukkan pejuangnya menyerang tank-tank dan tentara-tentara Israel di timur Bureij. Lokasi dan kapan video itu diambil belum dapat diverifikasi.
"Momentumnya sudah tiba, saya berharap tidak akan pernah terjadi, tapi pengungsian harus dilakukan," kata Omar yang terpaksa mengungsi bersama 35 anggota keluarganya. Pria berusia 60 tahun itu menolak memberikan nama belakangnya karena takut menjadi incaran tentara Israel.