UNICEF Sebut 2023 Jadi Tahun Paling Mematikan Bagi Anak-Anak di Tepi Barat
Jumlah anak-anak yang terbunuh mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan, 2023 menjadi tahun paling mematikan bagi anak-anak Palestina di Tepi Barat. Jumlah anak-anak yang terbunuh mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“(Delapan puluh tiga) anak-anak (Palestina di Tepi Barat) telah terbunuh dalam 12 pekan terakhir, lebih dari dua kali lipat jumlah anak-anak yang terbunuh sepanjang 2022, di tengah meningkatnya operasi militer dan penegakan hukum,” kata Direktur UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Adele Khodr, Kamis (28/12/2023), dilaporkan Anadolu Agency.
Sementara itu, terdapat 576 anak terluka dan lainnya dilaporkan ditahan. “Ketika dunia menyaksikan dengan ngeri situasi di Jalur Gaza, anak-anak di Tepi Barat juga mengalami mimpi buruk. Sayangnya, hidup dengan perasaan takut dan sedih yang hampir terus-menerus adalah hal yang biasa terjadi pada anak-anak yang terkena dampaknya,” ucap Khodr.
“Banyak anak melaporkan bahwa ketakutan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari, bahkan banyak yang takut berjalan ke sekolah atau bermain di luar karena ancaman penembakan dan kekerasan terkait konflik lainnya,” kata Khodr menambahkan.
Dia menjelaskan, anak-anak Palestina di Tepi Barat telah mengalami kekerasan yang parah selama bertahun-tahun. Namun intensitas kekerasan meningkat tajam sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas di Gaza pada 7 Oktober 2023.
“Anak-anak tidak boleh menjadi sasaran kekerasan, tidak peduli siapa atau di mana pun mereka berada. Mengakhiri kekerasan yang berulang adalah cara terbaik untuk memastikan anak-anak dapat tumbuh dengan damai dan aman. Penderitaan anak-anak di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, tidak boleh hilang begitu saja dalam konflik yang terjadi saat ini-ini adalah bagian dari konflik tersebut,” kata Khodr.
Hingga saat ini konflik di Gaza masih berlangsung. Lebih dari 21.300 warga Gaza telah terbunuh sejak Israel memulai agresinya pada 7 Oktober 2023. Lebih dari separuh dari korban jiwa merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka melampaui 52 ribu orang.