Viral Pilot dan Pramugari Selingkuh, Psikolog Ungkap Alasan Mengapa Orang Berselingkuh
Perselingkuhan dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan serius.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perselingkuhan adalah salah satu situasi tersulit yang dapat dihadapi seseorang dalam suatu hubungan. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan serius bagi mereka yang terlibat.
Sebelumnya, viral unggahan Tiktoker Ira Nandha yang mengungkap perselingkuhan suaminya, seorang pilot, dan pramugari. Perselingkuhan tersebut bahkan yang keenam kali dilakukan suaminya.
Psikolog dan profesor di California State University, Los Angeles Ramani Durvasula mengatakan dampak psikologis dari pengkhianatan dalam hubungan tidak dapat diremehkan. Tindakan tersebut bisa menimbulkan rasa kehilangan, trauma, pengkhianatan, dan masalah termasuk kecemasan, depresi, dan reaksi kesedihan yang kuat.
“Kita juga bisa melihat sikap menyalahkan diri sendiri, seseorang yang menyalahkan diri sendiri atas pengkhianatan pasangannya dan reaksi stres pascatrauma,” kata dia, seperti dilansir dari Newsweek, Ahad (31/12/2023).
Menurut beberapa penelitian, korban dan pelaku perselingkuhan sering kali mengalami akibat intrapersonal yang negatif, seperti penurunan harga diri, peningkatan risiko masalah kesehatan mental, rasa bersalah dan depresi. Dalam penelitian pada April 2014 yang diterbitkan dalam jurnal peer-review, para ahli kesehatan menjelaskan mengapa orang selingkuh, seberapa umum perselingkuhan, dan bagaimana orang bisa perlahan pulih.
Alasan orang berselingkuh?
Menurut Durvasula dan seorang psikolog dan terapis pasangan terfokus emosional (EFT) bersertifikat berbasis di Boulder, Colorado, AS Eve Kilmer, berikut ini alasan umum orang selingkuh.
Alasan orang selingkuh...
- Harga diri rendah (keinginan untuk mendapatkan kepastian bahwa dirinya diinginkan)
- Kesulitan dengan keintiman emosional (seperti tidak mampu mengungkapkan kebutuhan emosional dan akibatnya perasaan negatif menghalangi perasaan cinta)
- Alasan situasional atau peluang
- Impulsif
- Mencari kegembiraan
- Mampu memilah-milah seks dan keintiman serta hubungan utama mereka sendiri
- Mampu memilah-milah secara umum
- Kurangnya empati
- Pencarian hal baru
- Ketakutan akan penuaan
- Pencarian status
- Penggunaan narkoba dan alkohol
- Gaya kepribadian tertentu seperti narsisme dan psikopati
- Kesulitan dalam hubungan utama/ketidakbahagiaan dalam pernikahan (kebutuhan emosional tidak terpenuhi dalam hubungan dan lebih rentan terhadap ketertarikan pada orang lain)
Durvasula menambahkan beberapa pria selingkuh karena rasionalisasi bodoh yang didasarkan pada evolusi manusia. Hal ini mengacu pada ekspektasi biologis bahwa laki-laki menginginkan banyak pasangan untuk memaksimalkan reproduksi dan memilih pasangan yang lebih muda karena alasan kesuburan.
Dia menjelaskan, ini argumen yang salah karena meskipun seekor pejantan bisa menghamili banyak betina, jika dia tidak bisa menjamin keselamatan dan pemberian makan mereka serta keturunannya tidak bisa mencapai usia reproduksi, maka tidak ada gunanya.
"Itu bodoh sekali, tapi penipu akan melakukan apa pun untuk membenarkannya," kata Durvasula.
Menurut John Gottman, Caryl Rusbult, dan Shirley Glass di The Gottman Institute, yang tergabung dalam kelompok penelitian hubungan, perselingkuhan biasanya diawali dengan perhatian. Ketika seseorang tidak dapat mengandalkan pasangannya untuk selalu ada pada saat dibutuhkan, hal ini akan mengarah pada perbandingan yang tidak menguntungkan, jarak emosional, dan pada akhirnya pengkhianatan.
Persentasi perselingkuhan...
Durvasula memperkirakan persentasi perselingkuhan sebanyak 35 hingga 40 persen di antara mereka yang melakukan hubungan jangka panjang, namun di luar nikah dan mungkin mendekati 15 hingga 20 persen di antara hubungan perkawinan.
Namun, dia mencatat penelitian ini terbatas karena mungkin tidak memperhitungkan keseluruhan perselingkuhan, termasuk perselingkuhan emosional, perselingkuhan online, serta perilaku seksual atau intim yang memenuhi syarat sebagai perselingkuhan.
Beberapa statistik lain tentang perselingkuhan, menurut penelitian YouGovAmerica, seperti studi pada Juni 2015 menemukan sekitar 41 persen pria mengakui mereka pernah berpikir untuk selingkuh dari pasangannya. Sebanyak 39 persen menyatakan mereka tidak pernah memikirkannya.
Lebih dari separuh wanita (54 persen) mengatakan mereka tidak pernah berpikir berselingkuh, sementara 28 persen mengatakan mereka pernah berpikir untuk selingkuh. Meskipun, baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar setuju berhubungan seks dianggap sebagai perselingkuhan. Perempuan lebih cenderung memandang hal-hal lain sebagai perselingkuhan dibandingkan laki-laki.
Sekitar 74 persen wanita menganggap sexting sebagai bentuk perselingkuhan, dan 59 persen pria juga setuju. Meskipun 56 persen wanita mengatakan selingkuh adalah ketika menjalin hubungan emosional dengan orang lain, hanya 38 persen pria yang juga menganggap hal ini sebagai selingkuh.