Alquran Gambarkan Kondisi Bintang dan Matahari Saat Kiamat, Sains Membuktikannya?
Sains membuktikan keadaan tata surya pada hari kiamat kelak
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada beberapa arti kiamat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pertama, hari kebangkitan setelah mati, artinya orang yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk diadili perbuatannya.
Kedua, hari akhir zaman, artinya dunia seisinya rusak binasa dan lenyap. Ketiga, celaka sekali, bencana besar, rusak binasa. Keempat, berakhir dan tidak muncul lagi.
Berikut ini dua ayat Alquran yang menjelaskan kondisi bintang-bintang pada hari kiamat. Yakni Surat Al-Mursalat Ayat 8 dan At-Takwir Ayat 2. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَاِذَا النُّجُوْمُ طُمِسَتْۙ “”Apabila bintang-bintang dihapuskan (cahayanya).” (QS Al-Mursalat ayat 8). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْۖ “Apabila bintang-bintang berjatuhan.” (QS At-Takwir ayat 2)
Dalam penjelasan Tafsir Ilmi, arti dari "bintang-bintang dihapus (cahayanya)” mungkin menunjuk pada hilangnya cahaya bintang akibat debu yang semakin tebal menutupi langit. Sedangkan berjatuhannya bintang-bintang menunjuk kondisi ketika banyak meteorit menghujani bumi.
Gambaran kiamat yang lebih hebat lagi. Langit menjadi merah mawar, bulan dan matahari dikumpulkan, bintang-bintang berjatuhan, dan langit digulung.
Semua ini mungkin menggambarkan ketika proses kematian matahari dan kehancuran alam semesta dipercepat, sesuatu yang tidak tergambarkan dalam sains.
Tetapi proses kematian matahari itu sendiri dan akhir alam semesta bisa sedikit tergambarkan oleh sains. Matahari akan mengakhiri hidupnya dengan menjadi bintang raksasa merah, sehingga planet-planet di dekatnya masuk ke dalam bola gasnya. Merkurius, disusul Venus, dan mungkin akhirnya bumi, pada akhirnya tertelan bola gas matahari.
Sebelum bumi tertelan, bulan yang terlebih dulu masuk ke bola matahari, sehingga bulan dan matahari menyatu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُۙ “Serta matahari dan bulan dikumpulkan.” (QS Al-Qiyamah ayat 9)
Alam semesta mungkin juga kembali mengerut, kembali ke kondisi pada awal penciptaan. Pada saat itulah bintang-bintang tampak berjatuhan karena alam memampat (memadat) kembali. Langit digulung menjadi kembali mengecil.
Dilansir dari buku Tafsir Ilmi: Kiamat Dalam Perspektif Alquran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2011.
Dijelaskan bahwa pada dasarnya sangat mungkin fenomena kiamat yang sesungguhnya tidak tergambarkan oleh sains. Itu karena keadaan saat kiamat sangat mungkin di luar kelaziman hukum alam yang dikenal sains.
Tetapi untuk sekadar memberi gambaran fenomena yang mungkin menjelaskan keadaan tersebut atau sekadar melihat miniatur fenomena yang pernah terjadi, dalam beberapa hal sains bisa digunakan. Detail tentang hari kehancuran atau hari kiamat hanya Allah SWT yang tahu, sedangkan manusia hanya diberi ilmu yang sedikit.
Alquran hanya memberi beberapa isyarat tentang hari kehancuran alam semesta ini, belum tentu sebagai suatu rangkaian mekanisme yang pernah terjadi atau dapat diperkirakan oleh sains saat ini. Tetapi, mengkaji kemungkinan secara ilmiah diharapkan dapat memperkuat keyakinan kita akan kepastian hari kehancuran.