Petani Keluhkan harga Pupuk Tinggi? ini Kata Presiden Jokowi

Jokowi imbau petani bersabar terkait harga pupuk.

Dok. Pupuk Indonesia
Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan bahwa pupuk bersubsidi hanya bisa ditebus di kios resmi.
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan kepada para petani mengenai kondisi harga pupuk yang masih tinggi saat ini. Di acara pembinaan petani seprovinsi Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, pada Selasa (2/1/2024), Jokowi mengatakan bahwa tingginya harga pupuk ini menjadi keluhan para petani sejak 2020.

Baca Juga


Jokowi pun menyampaikan, kondisi ekonomi di dunia saat ini penuh dengan ketidakpastian, sehingga terjadi krisis keuangan dunia, krisis pangan, hingga krisis energi. Kondisi ini bahkan menyebabkan 96 negara menjadi pasien IMF.

"Artinya negara itu sakit. Supaya kita semuanya tahu karena Covid menyebabkan banyak menyebabkan negara jatuh tergelimpang karena ekonominya menjadi lemah, keuangannya menjadi tidak baik. 96 negara bayangkan, hampir separuh negara di dunia kondisi seperti itu," kata Jokowi, dikutip pada Rabu (3/1/2024).

Selain karena Covid-19, kondisi dunia juga terdampak perang antara Ukraina dan Rusia. Jokowi pun menceritakan saat kunjungannya ke Ukraina pada Juni 2020 silam untuk membantu menyelesaikan krisis saat itu.

Perang yang terjadi saat itu menyebabkan tingginya harga gandum di seluruh dunia. Sebab 77 juta ton gandum di Ukraina saat itu tidak bisa diekspor ke berbagai negara. Sedangkan di Rusia, saat itu ada sekitar 130 juta ton gandum yang juga tidak bisa diekspor.

"Artinya orang-orang di negara manapun yang makan gandum kehilangan makanan pokok. Berarti 207 juta ton berhenti di Rusia dan Ukraina," kata Jokowi.

Selain gandum, perang Ukraina dan Rusia ternyata juga berdampak pada pupuk di Indonesia. Sebab, bahan baku pupuk berasal dari kedua negara tersebut.

"Saya berpikir waktu itu alhamdullilah Indonesia makannya beras, makanan pokok beras, tetapi ternyata yang namanya pupuk, itu bahan bakunya berasal dari Rusia dan Ukraina. Jangan di wooo, ini fakta. Sehingga barang ini juga sulit keluar dari Ukraina dan dari Rusia," jelas dia.

Kondisi itupun menyebabkan harga pupuk di Indonesia dan juga dunia mengalami kenaikan.

"Bahan baku tidak ada berarti harganya itulah problemnya bapak ibu bapak ibu sekalian. Ngoten lho (gitu lho)," lanjut Jokowi.

Karena itu, Jokowi meminta agar Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) memberikan pendampingan kepada para petani mengenai cara pemupukan yang efektif. Penggunaan pupuk saat ini harus benar-benar dilakukan secara cermat karena harga pupuk yang tak murah.

"Semuanya harus penggunaanya harus betul dihitung karena pupuk carinya gak gampang di dunia. Jadi penggunaannya harus cermat. Di negara maju pemupukan paket tetes airnya tetes pupuk di tetes saking mereka menghemat dan menghemat pupuk bukan di (sebar) wah mocar macir kemana-mana kalau seperti itu," jelas Jokowi.

"Betul-betul dihitung pupuk itu harganya tidak murah, kalau murah mengecer-ecer bisa, sekarang itu pupuk itu mahal harga di dunia sudah mahal," lanjutnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler