Tidur di Kamar Berbeda Ternyata Lebih Bagus Bagi Suami-Istri, Mengapa Begitu?

Menurut penelitian, tidur di kamar berbeda besar manfaatnya buat suami-istri.

www.freepik.com
Suami tidur sendirian, sementara istrinya di kamar lain (Ilustrasi). Tidur di kamar berbeda banyak manfaatnya bagi kesehatan dan menjaga hubungan suami-istri.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan, semakin banyak suami-istri yang memilih untuk tidak mengikuti aturan konvensional mengenai tidur bareng. Aktris Cameron Diaz termasuk salah satu orang yang berupaya untuk mengakhiri stigma mengenai istri tidur di kamar yang terpisah dari suami.

Dilansir New York Post, Rabu (3/1/2024), penelitian baru dari University of Michigan di Michigan, Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa tidur terpisah lebih bermanfaat bagi pasangan daripada tidur bersama jika tujuannya adalah mendapatkan delapan jam tidur bebas gangguan.  

Selain itu, survei terbaru yang dilakukan oleh American Academy of Sleep Medicine (AASM) menemukan satu dari tiga orang Amerika menyimpan selimut untuk diri mereka sendiri demi meningkatkan kesehatan, dan demi hubungan mereka. Tidur terpisah dari pasangan mereka disebut sebagai "perceraian saat tidur".

Baca Juga


Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), hal ini berkorelasi langsung dengan jumlah warga AS yang tidak cukup tidur.  Ahli paru dan juru bicara AASM Dr. Seema Khosla mengatakan pihaknya tahu bahwa kurang tidur dapat memperburuk suasana hati, dan mereka yang kurang tidur lebih cenderung bertengkar dengan pasangannya.

"Tidur malam yang nyenyak penting untuk kesehatan dan kebahagiaan, jadi tidak mengherankan jika beberapa pasangan memilih tidur terpisah demi kesejahteraan mereka secara keseluruhan," ujar Dr. Khosla.

Tips buat yang lagi susah tidur. - (Republika)


Sementara itu, penelitian di Michigan, yang bereksperimen dengan tikus-tikus, mengamati bahwa makhluk kecil sering kali mengorbankan lokasi tidur pilihan mereka agar lebih dekat satu sama lain, Upaya ini dilakukan untuk memuaskan keinginan mereka akan koneksi fisik dan rasa aman.  Para peneliti menyebut hal tersebut sebagai "somatolonging".

"Kurangnya kontak semacam ini terbukti selama pandemi Covid-19, di mana orang-orang mengalami somatolonging," kata penulis penelitian.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler