MUI Bali: Sikap Arya Wedakarna Berpotensi Rusak Kerukunan Umat di Bali
Islam telah berakulturasi dengan masyarakat Bali.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Harian Bidang Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali, Agus Samijaya mengatakan bahwa sikap Arya Wedakarna atau AWK sangat berpotensi merusak kerukunan umat beragama di Bali.
Agus mengatakan, kalau Arya Wedakarna mau membaca sejarah, sebenarnya toleransi dan kerukunan umat beragama antara warga Muslim dan Hindu di Bali itu sudah terbangun sejak abad ke-13 Masehi. Makanya di Bali ada kampung-kampung Islam.
"Ada kampung Gelgel di Kabupaten Klungkung itu sudah berabad-abad, di Kabupaten Buleleng itu ada Kampung Pegayaman namanya Kampung Muslim Pegayaman," kata Agus kepada Republika, Kamis (4/1/2023).
Agus menjelaskan, bahkan nama-nama warga Muslim dari Kampung Pegayaman juga menggunakan nama Bali. Misalnya, nama Wayan Imaduddin, ada juga yang bernama I Made Hasanuddin.
Ketua Harian Bidang Hukum MUI Bali ini menambahkan di Bali sudah berakulturasi dari berabad-abad yang lalu sehingga banyak kampung Islam. Di Jembrana juga ada Kampung Loloan, dan di Denpasar ada Kampung Islam Kepaon. Mereka itu sudah turun-temurun dari zaman kerajaan dulu sudah hidup beranak-pinak di Bali dan hidup rukun.
Sebelumnya, Senator Bali Arya Wedakarna mendadak viral di lini masa X. Hal itu setelah akun X @unmagnetism mengunggah potongan video ketika Arya sedang memarahi kepala Kanwil Bea Cukai Bali Nusa Tenggara dan kepala Bea Cukai Bandara I Gusti Ngurah Rai, serta pengelola bandara.
Ucapan Arya dianggap rasis lantaran...
Ucapan Arya dianggap rasis lantaran menyinggung jilbab atau hijab yang dikenakan Muslimah. Ucapan Arya yang ingin agar pegawai asli Bali ditempatkan di meja depan melayani wisatawan dibandingkan pegawai yang memakai hijab menimbulkan kontroversi.
"Saya gak mau yang front line, front line itu, saya mau yang gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan terbuka. Jangan kasih yang penutup, penutup gak jelas, this is not Middle East. Enak aja Bali, pakai bunga kek, pake apa kek," ucap Arya dikutip Republika.co.id di Jakarta, Senin (1/1/2024).
Sontak saja ucapan Arya itu mengundang kecaman warganet. Hampir semua warganet mengecam ucapan Arya yang seolah merendahkan hijab yang dipakai pegawai beragama Islam.
Agus menerangkan, umat Hindu dan Islam di Bali dulu saling membantu dan berjuang bersama menolak kolonialisme dan penjajahan. Bahkan ada tradisi di beberapa kampung Islam itu namanya tradisi Ngejot, yaitu tradisi berbagi makanan pada hari raya.
"Jadi sangat harmonis (kehidupan di Bali), sebelum AWK (Arya Wedakarna) ini jadi DPD, kehidupan beragama di Bali sangat harmonis," ujar Agus.
Agus menambahkan begitu Arya Wedakarna muncul dengan kekuasaan, ia mencoba membuat statement dengan narasi yang berbau rasis, intoleran dan lain sebagainya. Padahal belum tentu Arya Wedakarna mendapat simpati dari masyarakat Bali.