Taecyeon 2PM Hapus Vlog yang Tampilkan Starbucks, Penggemar Salut

Taecyeon 2PM tampak minum dari cangkir Starbucks di vlog-nya.

EPA
Taecyeon 2PM. Setelah mempertimbangkan reaksi penggemar, Taecyeon menghapus vlog yang menampilkan dirinya minum dari gelas Starbucks.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Penyanyi dan aktor Ok Taecyeon dari 2PM memutuskan untuk menghapus vlog-nya setelah muncul kontroversi terkait penampilannya minum dari cangkir Starbucks. Krisis Israel-Palestina yang kian memburuk direspons serikat pekerja Starbucks dengan pernyataan solidaritas terhadap Palestina pada Oktober 2023 lalu.

Sebagai tanggapan terhadap dukungan tersebut, Starbucks merilis pernyataan yang mengecam serikat pekerja dan menggugat beberapa karyawan atas pelanggaran merek dagang. Perusahaan ini mengeklaim tidak ingin dikaitkan dengan sikap serikat pekerja yang dianggap membingungkan pelanggan.

Ketegangan terus memuncak ketika Taecyeon di vlog-nya terlihat minum dari cangkir Starbucks. Hal ini menarik perhatian Hottest (fandom 2PM), yang dengan cepat menyuarakan kekhawatiran mereka melalui media sosial.

"@taeccool yang terhormat, maukah Anda menghapus video tersebut dan mungkin mempertimbangkan untuk menghindari membeli kopi dari Starbucks? Pendanaan mereka sengaja berkontribusi pada genosida. Terima kasih atas pengertian Anda," tulis akun  @potatostu***.

Baca Juga


Menghadapi tekanan dari penggemar, Taecyeon akhirnya menghapus vlog tersebut. Banyak penggemar yang senang karena Taecyeon mengambil tindakan menghapus vlog tersebut. Penggemar yakin dia telah melihat unggahan mereka.

"Ok teman-teman, Taecyeon telah menghapus vlognya yang dia beli dari Starbucks, kuharap kalian tidak mengganggunya sekarang. #Taecyeon #Oktaecyeon #2PM," tulis akun &cool_t***.

"Taecyeon telah menghapus vlog YouTube-nya yang ada bagian dirinya sedang minum Sbux. Sekarang saya akan melawan semua orang yang mengatakan dia mendukung genosida," tulis akun @protaec***.

Meski Starbucks Korea secara teknis independen, warganet tetap khawatir dengan asosiasi tersebut. Peristiwa ini menunjukkan kekuatan opini publik dan dampak boikot terhadap perusahaan, seperti yang telah dialami Starbucks sebelumnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler