Sulitnya Salurkan Bantuan Indonesia ke Palestina, Sopir Takut Diserang Israel
Baznas akan terus menggalang kekuatan dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI Prof Noor Achmad mengungkapkan kesulitan yang dialami tim lapangan ketika mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Otoritas Israel mengontrol ketat bantuan yang masuk.
Disamping itu, pintu masuk ke Palestina hanya dibuka satu pintu, yakni melalui Rafah, Mesir. Ia mengatakan truk-truk bantuan kemanusiaan Indonesia harus tertahan berhari-hari untuk masuk ke Gaza akibat blokade Israel. Bahkan, Baznas juga kesulitan mencari sopir karena mereka takut diserang oleh pasukan zionis Israel.
"Cari truk saja sulitnya bukan main. Disamping truk habis, truknya ada, sopirnya gak mau," ujar Prof Noor saat Laporan Bantuan Kemanusiaan Palestina di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (10/1/2024).
Namun, kata Prof Noor, Baznas tidak menyerah menyalurkan amanat masyarakat Indonesia. Baznas langsung memasukkan bantuan tersebut ke Palestina ketika ada kesempatan. Bahkan menyewa gudang untuk kebutuhan penampungan barang bantuan agar lebih memudahkan ketika penyaluran harus dilakukan dengan cepat.
Prof Noor mengatakan Baznas akan terus menggalang kekuatan dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak yang mempunyai otoritas menyalurkan bantuan. Ia berharap dapat menjalin kerja sama langsung dengan otoritas penyalur bantuan Palestina. Namun, apabila tidak bisa maka harus tetap dengan mitra-mitra di Mesir.
Prof Noor menambahkan untuk bantuan tahun 2024 sesuai dengan kebutuhan, yakni obat-obatan, alat kesehatan dan makanan. Hal tersebut juga berdasarkan permintaan Kementerian Kesehatan Mesir. Rencananya bantuan akan dikirim segera.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan kekuatan diplomasi Indonesia dengan Mesir sebagai satu-satunya pintu penyaluran bantuan harus diperkuat. Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat diplomasi dengan lembaga-lembaga penyalur kemanusiaan internasional seperti Palang Merah Internasional atau lembaga zakat di bawah kepemimpinan Grand Syekh Mesir.
"Itu sudah (dilakukan) tapi masih belum mencukupi kebutuhan riilnya. Pintunya juga kecil, masuk truknya juga antre," kata Prof Sudarnoto.
Prof Sudarnoto mengamini tidak mudah menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina. Setiap orang dan bantuan yang masuk akan melalui check point ketat dari otoritas Israel. Menurutnya, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah memperkuat kekuatan dan kerja sama agar bantuan mudah masuk ke Palestina.