Ustadz Erick Yusuf Ingatkan Adab Marah dalam Islam

Adakah cara meluapkan emosi yang dapat dibenarkan saat sedang marah?

Republiika/Febryan A
Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto saat berpidato di hadapan relawannya di Bandar Lampung, Kamis (11/1/2024).
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kesal, orang bisa saja secara spontan mengumpat. Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, juga melakukannya saat berpidato di salah satu ajang kampanyenya beberapa waktu lalu.

Namun, apa hukumnya dalam Islam? Ustadz Erick Yusuf memberikan pemahaman tentang bahaya mengumpat dan pentingnya kesabaran dalam ajaran Islam.

Ustadz Erick mengutip surat Al-Humazah yang menyebutkan tentang celakanya orang yang suka mengumpat. "Surat Al Humazah, jadi celaka orang-orang yang suka mengumpat, apalagi pencela, yang suka mengumpat orang itu, itu Allah bilang itu celaka gitu dalam surat Alquran," kata ustadz Erick kepada Republika.co.id, Kamis (11/1/2024).

Baca Juga



Ustadz Erick menjelaskan bahwa Allah SWT sangat tidak menyukai orang yang berkata kotor, kasar, dan suka mengumpat. Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa orang yang beriman hendaknya berkata baik atau diam ketika sedang marah.

Ustadz Erick juga mengatakan bahwa dalam Islam, ketika seseorang marah, hendaknya dia diam terlebih dahulu, duduk, atau bahkan tidur untuk meredam kemarahan tersebut. Dia mengungkapkan bahwa marah yang tidak dikendalikan dapat memicu aktivitas adrenalin dan mengaktifkan emosi yang tidak baik.

Ustadz Erick menjelaskan bahwa meluapkan emosi dengan berbicara kasar atau mengumpat tidak disukai oleh Allah SWT. Karena itu, Islam menekankan pentingnya kesabaran dalam menghadapi kemarahan.

Ustadz Erick juga menyarankan agar orang menggunakan energi kemarahannya untuk melakukan aktivitas positif, seperti membersihkan rumah bagi ibu rumah tangga atau melakukan kebaikan lainnya. Dengan begitu, kemarahan dapat diubah menjadi dorongan untuk berbuat baik.
Dalam konteks ini, ustadz Erick mengingatkan bahwa pemimpin atau tokoh masyarakat seharusnya memberikan teladan yang baik dan menjadi barometer bagi masyarakat. Pemimpin tidak seharusnya menampilkan hal-hal buruk di depan umum karena tindakan mereka dapat menjadi contoh yang diikuti oleh banyak orang.

"Pemimpin nggak bisa kemudian menampilkan atau menampakkan hal-hal yang buruk di depan umum karena itu akan menjadi ukuran yang akan dicontoh oleh masyarakat banyak. Itu yang kurang tepat, ya," ujar ustadz Erick.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler