Photobombing, Lucu atau Ngeselin?

Warganet terbelah saat mengomentari unggahan photobombing.

Republika/Prayogi
Selfie (Ilustrasi). Ada saja orang yang sengaja melakukan photobomb.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini, warganet memperlihatkan reaksi negatif terhadap sebuah konten yang menunjukan adanya photobombing. Photobombing adalah situasi di mana sebuah pengambilan gambar yang hampir sempurna malah buyar karena ada gangguan dari pihak lain.

"Udah liat ini blm guyss? menurutku ga sopan banget so asik, orang lg bikin video tbtb digangguin pdhl kenal jg engga. tp ada jg yg bilang kalo lucu² aja gituu, iyasihh lucu kalo smsm kenal. lah ini mereka orang asing, mana org yg digangguin risih," tulis akun X @convomfs, dikutip Kamis (11/1/2024).

Menurut seorang traveler, Syaiful Wathan yang juga direktur Frestour & Travel, reaksi pelancong atau influencer terhadap photobombing sebenarnya bisa beragam dan bergantung pada situasi. Jika dalam kondisi sedang serius, tentu bisa dirasa sangat mengganggu.

"Tergantung sih, kalau yang digangu itu orang yang lagi serius bikin buat tugas, pastinya terganggu, kalau yang bikin influencer, bisa jadi menarik juga," kata Wathan kepada Republika.co.id, Kamis (11/1/2024).

Baca Juga


Menurut Wathan, bagaimanapun situasinya, jika orang yang diganggu tidak suka maka bisa saja merasa kesal. Namun, dalam situasi tertentu, hasil foto atau video yang diambil bisa saja menjadi kocak bahkan viral.

"Misal ada influencer yang lagi ngejelasin sesuatu, tiba tiba diganggu sama hal-hal yang di luar nurul, bisa jadi video itu bikin ngakak dan banyak ditonton sama viewers-nya, unpredictable (tak disangka-sangka)," kata Wathan.

Hanya saja, jika dilihat dari segi etika secara umum, photobombing mungkin akan dirasa menyebalkan bagi banyak orang. Apalagi, jika seorang traveler hanya punya waktu terbatas ketika pengambilan gambar.

Meski demikian, lagi-lagi ada saja traveler yang merasa tidak masalah dengan hal-hal seperti itu. Bagi sebagian orang, kondisi gangguan itu bisa menjadi bahan lelucon dalam konten.

"Kalau secara etika sih memang hal-hal kayak gitu menyebalkan karena lagi serius jelasin atau bahas sesuatu tiba-tiba ada yang nimbrung jadi harus take (ambil gambar) ulang, tapi sejauh ini tergantung kita menyikapinya," kata Wathan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler