Siapkan Jembatan Kaca Tinjomoyo, Disbudpar Semarang Pastikan Kajian Keselamatan

Kajian K3 Jembatan Kaca Tinjomoyo ditargetkan bisa dirampungkan tahun ini.

Republika/Thoudy Badai
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang Wing Wiyarso.
Rep: Antara Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Jembatan Kaca Tinjomoyo di Kota Semarang, Jawa Tengah, masih belum dioperasikan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang terlebih dulu melakukan kajian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk operasional jembatan kaca itu.

Baca Juga


Apalagi, sempat ada insiden kecelakaan di jembatan kaca wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, yang mengakibatkan satu pengunjung meninggal dunia. “Untuk jembatan kaca, kami memang harus memenuhi dulu K3-nya ya. Unsur K3 kami ke depankan,” kata Kepala Disbudpar Kota Semarang Wing Wiyarso, Kamis (11/1/2024). 

Secara konstruksi dan struktur, Wing mengeklaim jembatan kaca yang berada di Hutan Wisata Tinjomoyo itu aman. Namun, kata dia, banyak faktor yang dipertimbangkan untuk mengoperasikan jembatan kaca itu. Khususnya keselamatan dan keamanan pengunjung, sebagaimana arahan wali kota. “Salah satunya K3. Insyaallah, segera bisa diselesaikan di 2024 ini. Setelah itu, baru dioperasionalkan,” ujar dia.

Menurut Wing, potensi pariwisata memang harus dioptimalkan. Akan tetapi, ia mengatakan, harus dipersiapkan dan diperhitungkan secara matang agar ke depan tidak kontraproduktif dengan upaya mendongkrak kunjungan wisatawan.

Wing mengatakan, Jembatan Kaca Tinjomoyo kemungkinan bisa dioperasikan setelah penyelesaian kegiatan di APBD Perubahan 2023 maupun APBD Kota Semarang 2024. Selain kajian K3, dilakukan beberapa penambahan, antara lain ruas sebelah timur, serta sarana prasarana pendukung untuk kelengkapan operasional jembatan kaca, seperti jaring pengaman, peninggian safety railing, dan pemberian penyekat.

Nantinya, menurut Wing, pengoperasian Jembatan Kaca Tinjomoyo juga akan didukung dengan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan memiliki sertifikasi K3, khususnya dalam pengelolaan kondisi di ketinggian. “Jadi, enggak asal K3 biasa saja. Harus memiliki keahlian dan kemampuan dalam mengelola di ketinggian. Biasanya teman-teman dari climbing, panjat tebing, yang memiliki sertifikasi seperti itu. Ini sedang proses tahapan,” kata Wing.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler