Kepala BKKBN: Islam Ajarkan tak Menikah di Usia Muda 

Nikah di usia muda memiliki sejumlah risiko.

dok bkkbn
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKN) Hasto Wardoyo, mengatakan nikah di usia muda memiliki sejumlah risiko
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebutkan dalam ilmu agama Islam, sudah ada ajaran agar umat Muslim tidak menikah di usia muda.

Baca Juga


"Allah SWT sudah menyiapkan manusia bahwa panggul perempuan berukuran 10 cm apabila berumur 20 tahun, tetapi kalau umur 16 atau 17, apalagi 15 tahun, kalau menikah lalu hamil akan berbahaya. Hamil dan melahirkan terlalu muda risikonya juga banyak pendarahan, robek jalan lahirnya, kematian ibu dan bayi masih cukup tinggi," kata Hasto dalam keterangannya di Jakarta, Senin (15/1/2024). 

Hasto menyebutkan, sudah menjadi sunnatullah (ketetapan Allah SWT) bahwa kualitas sel telur perempuan disiapkan sejak tiga bulan sebelum terjadinya pembuahan, begitu juga sperma yang terbentuk pada 73 hingga 75 hari sebelum pembuahan terjadi.

Menurutnya, pasangan yang akan menikah lebih baik meningkatkan edukasi terkait dengan prakonsepsi (perawatan sebelum kehamilan) daripada foto-foto pre-wedding. Sosialisasi terkait hal tersebut juga perlu ditingkatkan.

"Bila hamil terlalu muda ternyata tulang ibu yang harusnya masih tambah panjang tidak bertambah panjang karena diambil oleh bayinya, kemudian tulang ibu yang seharusnya bertambah padat menjadi tidak terlalu padat karena diambil bayinya dari dalam rahim," katanya.

Selain itu, lanjut dia, remaja perempuan yang sudah berhubungan seksual bisa mempunyai potensi lebih besar terkena kanker mulut rahim.

"Nanti perlu disosialisasikan di posyandu remaja, bahwa mulut rahim pada perempuan usia muda 15-17 tahun, yang berpotensi kanker berada di luar. Sementara, mulut rahim orang dewasa yang berpotensi kanker sudah ke dalam, sehingga ketika melakukan hubungan seksual tidak tersentuh. Jadi, kalau sudah berhubungan seks pada usia muda, bisa menjadi kanker," katanya.

Karena itu, Hasto menekankan pentingnya menjalankan program posyandu remaja agar bisa memberikan sosialisasi mencegah zina dengan berpuasa, bukan menikah muda. 

"Ini agar bahaya perkawinan usia muda yang telah saya jelaskan tidak terjadi dan mencegah perceraian yang kian hari makin meningkat pesat, karena saat ini, telah terjadi perceraian sebanyak 500 ribu kasus per tahun," katanya. 

Baca juga: 3 Fakta Surat Al-Mulk Ayat 15 yang Memuat Janji Allah SWT untuk Lancarkan Rezeki 

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 24 bulan pada masa periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) manusia, yang juga berpengaruh untuk mencegah stunting. 

"Allah SWT menciptakan kita 80 persen lebih sebetulnya di usia sebelum 1.000 HPK. Allah sudah memberitahukan melalui Alquran, sempurnakanlah menyusui 24 bulan dan jarak hamil 30 bulan," kata Hasto.

Dia juga menjelaskan, pada 1.000 HPK, Allah SWT menutup ubun-ubun manusia, sehingga otak sudah tidak berkembang banyak. "Penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa, emosi, logika, kemandirian dan motorik, template-nya ada di 1.000 HPK," katanya. 

Pada kesempatan tersebut, BKKBN bersama Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah juga meluncurkan buku "Kesehatan Reproduksi bagi Remaja". Buku saku ini diharapkan bisa bermanfaat, utamanya untuk pencegahan stunting.

Infografis Manfaat Screening Kesehatan Sebelum Menikah - (Republika)

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler