Gus Yahya: NU Jangan Lagi Rebutan Mangga Tetangga, Wujudkan Ladang yang Luas
Gus Yahya tegaskan posisi NU sebagai pemangku kewenangan agama
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA— Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf mengingatkan kembali kepada fungsionaris PWNU dan PCNU se Jawa Timur alasan NU didirikan yakni sebagai pemangku kewenangan keagamaan di Nusantara.
"Oleh karena itu, organisasi NU harus ditata sedemikian rupa agar terwujud koherensi atau kepaduan organisasi mulai tingkat PBNU hingga level terbawah," kata Gus Yahya, sapaannya dalam keterangan diterima di Surabaya, Selasa (16/1/2024).
Lebih lanjut, Gus Yahya menegaskan posisi NU sebagai pemegang kewenangan atas agama, dalam hal ini Islam Ahlus Sunnah wal jama'ah menjadi misi utama kepengurusan PBNU di tengah dinamika situasi saat ini, baik skala nasional maupun global.
Perhatian PBNU sejak 2015 untuk ikut berperan dalam isu peradaban nasional dan global adalah bentuk nyata dari upaya memperkuat NU sebagai pemegang otoritas keagamaan ini.
"Karena sebagai pemangku kepentingan keagamaan, maka NU meneguhkan gerakannya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan atau jam'iyyah diniyyah-ijtima'iyyah," tuturnya.
Gus Yahya mengajak seluruh pengurus NU untuk menjalankan organisasi berdasarkan ideologi yang sudah dirumuskan dan ditanamkan para muassis (pendiri), khususnya Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari, salah satunya dalam khutbah iftitah yang kemudian ditetapkan menjadi preambule atau muqaddimah qanun asasi.
Gus Yahya mengutip khutbah itu, di mana Hadratus Syekh mengajak seluruh ulama ahlus sunnah wal jamaah dan seluruh masyarakat Muslim dari semua kalangan, untuk masuk ke dalam jam'iyyah yang diberi nama Jam'iyyah Nahdlatul Ulama.
"Masuklah dengan penuh kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu, dan dengan ikatan jiwa raga, karena NU Ini adalah jam’iyah yang lurus, bersifat memperbaiki dan menyantuni," katanya.
Untuk mewujudkan misi mulia ini, tidak ada pilihan lain bagi PBNU untuk menjaga kepaduan atau koherensi, dengan melakukan konsolidasi organisasi dan kepengurusan.
Tantangan lokal, nasional hingga global yang cukup dinamis, mengharuskan NU berani melakukan lompatan dan cara pandang baru agar kuat berperan dalam isu peradaban.
"Meneguhkan peran pemangku kewenangan agama dalam situasi baru ini, tidak bisa lagi, kita menggunakan logika mencuri mangga dan berburu layangan putus seperti yang selama ini kita jalankan," ujarnya.
Baca juga: 5 Pilihan Doa Ini Bisa Jadi Munajat kepada Allah SWT Perlancar Rezeki
Dirinya memaklumi kegaduhan-kegaduhan di organisasi yang dipimpinnya juga disebabkan masih kuatnya mindset nyolong pencit atau mencuri mangga tetangga dan nguyak layangan pedot atau mengejar layangan putus.
Keduanya, menurut Gus Yahya menyempatkan entitas NU selalu berada di pinggiran dan senang berebut sisa orang lain.
"Harus diubah, melalui otoritas keagamaan dan masyarakat yang dimilikinya, NU tidak boleh lagi berorientasi rebutan mangga tetangga tetapi mendorong terwujudnya perkebunan mangga yang luas, tidak lagi berebut layangan putus, tetapi mendorong industri penerbangan yang kuat, misalnya!," ucapnya.