Tokoh Ulama Asal Madura yang Dikeramatkan di Afsel dan Bagaimana Asal Mulanya?
Afsel menjadi tempat pembuangan ulama nusantara termasuk dari Madura
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pulau Robben teletak di sebelah utara Cape Town ibukota Afrika Selatan. Pulau tersebut pertama kali mendapatkan ketenaran sebagai penjara bagi orang buangan politik, tahanan politik atau orang yang diasingkan dari tempat asalnya di Timur oleh Belanda yang sedang melakukan kolonialisme.
Mereka yang diasingkan ke Pulau Robben berasal dari kerajaan dan kesultanan di Nusantara (Indonesia) serta beberapa wilayah di Asia. Di antara yang diasingkan di Pulau Robben adalah sultan, bangsawan, ulama, narapidana dan budak karena pada masa itu bangsa Eropa masih menerapkan sistem perbudakan.
Sebagai pengingat atas ketidakadilan dan perlakuan buruk yang dialami para tahanan di era kolonial, maka Kramat dapat ditemukan di Pulau Robben. Kramats atau Mazaars adalah tempat suci umat Islam, itu menandai makam orang suci beragama Islam yang meninggal di Tanjung Harapan (Cape Town, Afrika Selatan).
Orang-orang buangan yang diasingkan dan tahanan politik dari wilayah Timur sesungguhnya adalah penyebar agama Islam di Afrika Selatan. Maka Pulau Robben menjadi bagian dari sejarah umat Islam di Afrika Selatan.
Dilansir dari laman Sahistory, tempat suci atau Kramat di Pulau Robben, merupakan simbol perjuangan tegaknya Islam. Itu adalah ekspresi kekuatan Islam, yang telah bertahan dari segala macam pembatasan, prasangka, pemenjaraan dan penindasan di negeri yang disebut Tanjung Tercantik di Seluruh Dunia. Ironisnya, tempat suci ini dibangun oleh otoritas Penjara Apartheid pada tahun 1960-an.
Tuan Matarah juga dikenal sebagai Sayed Abduraghman Motura (di Indonesia dikenal sebagai Pangeran Cakraningrat IV dari Madura) terkenal sebagai orang yang sangat terpelajar dan religius.
Sayed Abduraghman Motura menyebarkan pesan ajaran agama Islam dan menghibur mereka yang mengalami kesulitan.
Sayed Abduraghman Motura dikenal karena mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan yang sakit dengan cara ajaib di mata masyarakat pada waktu itu. Ulama asal Pulau Madura ini juga menjadi orang yang memberikan kenyamanan kepada sesama tahanan di Pulau Robben.
Sayed Abduraghman Motura meninggal di Pulau Robben. Setelah kematiannya, makamnya segera menjadi tempat suci yang dihormati, orang Afrika Selatan menyebutnya tempat Kramat.
Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya
Orang-orang yang mengenal kisah Sayed Abduraghman Motura datang ke makamnya untuk bertafakur dan melakukan instrospeksi diri.
Keteladanan yang dilakukan Sayed Abduraghman Motura semasa hidup diikuti oleh tahanan lain yang datang setelah kematiannya. Saat para tahanan dibebaskan, mereka berbicara panjang lebar tentang orang suci yang terkubur di Pulau Robben, yakni Sayed Abduraghman Motura. Ulama dan bangsawan dari Madura di bumi Nusantara, sekarang bernama Negara Indonesia.
Sumber:sahistory