Mengapa Umat Islam Membutuhkan Pemimpin yang Tepat?

Kekuasaan di tangan tepat akan memuliakan agama

Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat. Kekuasaan di tangan tepat akan memuliakan agama
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Islam bukan agama yang hanya mensyariatkan hal-hal yang bersifat ibadah individual, melainkan juga ibadah sosial. Memilih pemimpin dan pemerintah juga bagian dari ikhtiar ibadah sosial. 

Baca Juga


Majid Irsan Al Kilani dalam buku Model Kebangkitan Umat Islam menjelaskan, ketika Allah SWT menciptkan manusia, Allah menetapkan dunia sebagai bekal perjalanan manusia untuk kembali kepada-Nya.

Adapun tuuan Allah SWT menciptakan dunia adalah agar manusia mengambil bagiannya di dunia sebagai bekal terbaik untuk kembali ke alam akhirat. Seandainya manusia mengatur urusan dunia dengan adil, maka tidak akan terjadi kezaliman. Namun yang terjadi adalah manusia mengatur dunia dengan hawa nafsu sehingga timbul permusuhan. 

Karena alasan itulah, manusia membutuhkan seorang penguasa (sultan/pemimpin) untuk mengatur urusan dunia. Sementara di sisi lain, sultan/pemimpin membutuhkan pedoman untuk dapat mengatur rakyatnya. Sehingga sudah seyogyanya bagi umat Islam untuk memilih pemimpin dalam kehidupan sosial kenegaraan. 

Adapun para ulama adalah pihak yang memahami aturan politik dan cara menyelesaikan segala persoalan masyarakat, saat terjadi perselisihan yang didorong oleh hawa nafsu masing-masing. Dengan begitu, kedudukan ulama adalah guru dan penasihat penguasa. 

Ulama lah yang menunjukkan kepada penguasa tata cara mengatur masyarakat. Sehingga, melalui kebijakan penguasa yang benar, urusan dunia masyarakat akan tertata dengan rapi dan baik.  Jika urusan duniawi masyarakat tertata dengan rapi dan baik, maka jalan menuju akhirat akan menjadi benar dan lurus. 

Demikianlah hakikat hubungan antara agama dengan dunia. Al-Ghazali pernah berkata: 

المُلك والدين توأمان، فالدين أصل، والسلطان حارس، وما لا أصل له فمهدوم، وما لا حارس له فضائع

Addinu ashlun wassulthaanu haarisun wa maa la ashla lahu famahduhum wa maa laa haarisa lahu fadhaa-i'u."

Yang artinya, "Dunia adalah agama adalah dasar, sedang penguasa adalah penjaga. Segala sesuatu yang tidak memiliki dasar akan runtuh. Dan, segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga akan terbengkalai." 

Pemimpin yang dzalim. (ilustrasi) - (republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler