Putin: Rusia adalah Juara Penjualan Gandum Global

Pada 2023, Rusia mencatat rekor panen gandum.

Gavriil Grigorov/ Photo via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin mendengarkan CEO perusahaan udara Aeroflot Rusia Sergei Aleksandrovsky selama pertemuan di Kremlin, Jumat, (29/12/2023).
Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengeklaim berada pada urutan teratas dalam penjualan gandum di pasar global, kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (16/1/2024).

Baca Juga


Pada 2023, Rusia mencatat rekor panen gandum sebanyak 156 juta ton, sementara panen tahun ini diperkirakan lebih sedikit, yaitu 143-147 juta ton, kata Putin dalam sebuah pertemuan dengan para kepala daerah di Moskow. Pertanian Rusia kini menunjukkan "tingkat perkembangan yang sangat baik dan meyakinkan," dengan negara tersebut sepenuhnya menjamin ketahanan pangannya sendiri, katanya.

Juli lalu, Rusia menolak untuk memperpanjang Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam karena mengeluhkan hal ini bertentangan dengan tujuan dari inisiatif itu. Dimana, sebagian besar ekspor pangan ditujukan ke negara-negara kaya dan maju dibandingkan negara-negara miskin, serta manfaat bagi Rusia dalam perjanjian tersebut belum dilaksanakan.

Beralih ke situasi di Ukraina, Putin mengatakan bahwa negara itu mungkin menerima "hantaman yang tidak dapat diperbaiki," dan tanggung jawab atas hal tersebut ada para pemerintah Kiev yang sekarang karena mereka menolak perundingan perdamaian dengan Rusia. "Jika apa yang terjadi sekarang terus berlanjut, maka cukup jelas bahwa mereka (Ukraina) tidak hanya gagal dalam serangan balasan, tetapi inisiatif sepenuhnya berada di tangan angkatan bersenjata Rusia," lanjutnya.

"Jika ini terus berlanjut, maka hantaman yang sangat serius dan tidak dapat diperbaiki mungkin akan menimpa negara Ukraina," kata Putin dengan nada memperingatkan. Ketika ditanya tentang inisiatif Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang menyerukan "formula perdamaian," Putin mengatakan hal tersebut merupakan "tambahan dari larangan Zelenskyy untuk mengadakan pembicaraan dengan Rusia," yang dia tandatangani menjadi undang-undang pada September 2022. "Semuanya bisa saja berakhir sejak lama jika mereka tidak menolak untuk bernegosiasi," katanya.

Rusia memulai "operasi militer khusus" di Ukraina pada Februari 2022. Rusia menuntut Ukraina menyatakan dirinya sebagai negara netral dan membatalkan rencana untuk bergabung dengan NATO.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler