Pakistan dan Iran Sepakat Turunkan Ketegangan
Banyak pihak khawatir akan instabilitas di kawasan.
REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Islamabad mengatakan Pakistan dan Iran sepakat "menurunkan eskalasi" setelah saling serangan dengan rudal dan drone pekan ini yang menimbulkan kekhawatiran akan meningkatkan instabilitas di kawasan. Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan Menteri Luar Negeri Jalil Abbas Jilani berbicara dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melalui sambungan telepon.
"Dua menteri luar negeri sepakat kerja sama tingkat kerja dan koordinasi dalam kontra terorisme dan aspek lain yang menjadi keprihatinan bersama harus diperkuat. Mereka juga sepakat untuk menurunkan ketegangan," kata kementerian dalam pernyataan yang dikutip Aljazirah, Sabtu (20/1/2024).
"Kembalinya duta besar dua negara ke masing-masing ibukota juga dibahas," tambah kementerian. Pada Selasa (16/1/2024) malam Iran menggelar serangan rudal dan drone kelompok bersenjata Jaish al-Adl di barat daya Pakistan di Provinsi Balochistan. Pakistan membalasnya dengan menyerang kelompok bersenjata di dalam wilayah Iran.
Pakistan menarik duta besarnya dari Teheran dan mengatakan duta besar Iran yang sedang pulang ke negaranya tidak boleh kembali ke Islamabad. Aljazirah melaporkan terdapat diplomasi dalam 24 jam terakhir untuk menahan ketegangan.
Aljazirah melaporkan untuk pertama kalinya militer kedua negara terlibat dalam perang proksi di perbatasan dua negara di Provinsi Balochistan dan Sistan-Baluchestan. Jaringan media yang berbasis di Qatar itu menambahkan berdasarkan berbagai sumber dan pengamat tampaknya hubungan kedua negara akan kembali normal.
Pada Jumat (20/1/2024) Pelaksana Tugas Perdana Menteri Pakistan Anwaar-ul-Haq Kakar menggelar pertemuan Komite Keamanan Nasional dengan seluruh komandan militer untuk membahas krisis yang sedang terjadi. Kakar mempersingkat kunjungannya ke World Economic Forum di Davos, Swiss dan pulang setelah Iran menggelar serangan di dalam wilayah Pakistan.
"Peninjauan keamanan nasional menyimpulkan) dua negara mampu bersama-sama mengatasi gangguan kecil melalui dialog dan diplomasi dan membuka jalan untuk memperdalam hubungan bersejarah mereka," kata pernyataan yang dirilis kantor perdana menteri Pakistan.
Namun, pernyataan itu juga menegaskan setiap pelanggaran teritorial Pakistan "akan direspon dengan seluruh kekuatan negara." Pernyataan itu juga meminta Iran menggunakan saluran komunikasi yang sudah ada untuk menyampaikan kekhawatiran keamanan mereka.
Dari pernyataan lainnya dalam rapat kabinet Kakar mengatakan setelah ketegangan keamanan ini hal yang menjadi "kepentingan kedua negara" mengembalikan hubungan dua negara ke tingkat sebelum Iran menyerang.
Sumber mengatakan kabinet Pakistan memutuskan mengakhiri ketegangan dan juga mendorong langkah untuk membangun kembali hubungan diplomasi penuh dengan Iran. Aljazirah melaporkan masalah di perbatasan merupakan masalah bagi Pakistan dan Iran.
Proksi-proksi yang memiliki koneksi dengan dua negara sudah beroperasi di daerah itu selama bertahun-tahun. Aksi saling serang pekan ini meningkatkan kekhawatiran kemungkinan instabilitas lebih luas di kawasan setelah perang Israel di Gaza yang kini memasuki bulan keempat.
Pada Kamis (18/1/2024) lalu Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan mereka berkomitmen untuk memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya Pakistan. Tapi, meminta Islamabad mencegah berdirinya "pangkalan teroris" di wilayahnya.
Pakistan mengeluarkan pernyataan yang serupa, Kementerian Luar Negeri mengatakan "satu-satunya" serangan mereka Kamis kemarin bertujuan untuk "mengejar kepentingan nasional dan keamanan Pakistan, yang sangat penting dan tidak bisa dikompromikan."
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak dua negara untuk "menahan diri demi menghindari eskalasi lebih lanjut.' "(Guterres) menekankan semua kekhawatiran keamanan antara dua negara harus diatasi dengan cara yang damai melalui dialog dan kerjasama yang sesuai dengan prinsip-prinsip kedaulatan, integritas wilayah dan hubungan bertetangga yang baik," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.