Fraksi PKS Bakal Bawa Masalah Kampung Bayam ke Rapat Paripurna 

Fraksi PKS akan membawa masalah Kampung Bayam ke rapat paripurna DPRD DKI.

Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga Kampung Bayam beraktivitas di tenda hunian darurat. Fraksi PKS akan membawa masalah Kampung Bayam ke rapat paripurna DPRD DKI.
Rep: Bayu Adji Prihammanda Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah yang terjadi di Kampung Susun Bayam, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadi sorotan banyak pihak. Pasalnya, warga yang menghuni bangunan di rumah susun itu tidak diberikan akses listrik dan air bersih. 

Baca Juga


Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Ahmad Mardono mengatakan, pihaknya telah mendengar keluh kesah dari warga yang saat ini menghuni Kampung Susun Bayam. Ia berjanji akan membawa aspirasi warga ke rapat paripurna DPRD DKI Jakarta. 

"Tentunya saya akan menindaklanjuti dengan apa yang menjadi tanggung jawan saya, membawa kepada rapat paripurna," kata dia usai bertemu dengan warga di Kampung Susun Bayam, Selasa (23/1/2024).

Menurut dia, permasalahan di Kampung Susun Bayam itu juga akan disampaikan kepada Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta. Ia menilai, masalah itu perlu diselesaikan secara tepat, sehingga semua pihak mendapatkan haknya.

Mardono mengatakan, dari sisi kemanusiaan, masalah yang ada di Kampung Susun Bayam harus segera diselesaikan. Pasalnya, warga di rumah susun itu hidup dengan keterbatasan. 

Ihwal akar masalah di Kampung Susun Bayam, Mardono mengatakan, saat ini aset bangunan itu belum diserahkan dari pengembang kepada PT Jakarta Propertindo atau Jakpro.

"Mungkin di sini ada kehati-hatian dari pihak pemerintah agar tidak ada hal yang tak diinginkan. Saya akan mendesak melalui DPRD agar proses serah terima ini segera dituntaskan," kata dia.

Seperti diketahui, hampir satu tahun sekitar 200-an warga menghuni Kampung Susun Bayam di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Selama itu pula, warga yang tinggal di bangunan di samping Jakarta International Stadium (JIS) itu tak diberi akses listrik dan air bersih.

Siti Nurhabibah (32 tahun) adalah salah satunya. Ia tinggal menempati salah satu ruangan berukuran sekitar 36 meter persegi di lantai dua Kampung Susun Bayam bersama suaminya. Meski sudah hampir setahun tinggal di Kampung Susun Bayam, baru sekitar dua bulan Siti dan suaminya menghuni ruangan rumah susun di tempat itu.

"Sudah setahun lebih. Awalnya kami tinggal di pelataran (Kampung Susun Bayam). Lalu Desember naik ke atas," kata dia kepada Republika, Selasa (23/1/2024).

Siti menganggap ada diskriminasi kepada warga yang menghuni Kampung Susun Bayam saat ini. Pasalnya, sebelum warga masuk ke rumah susun itu, listrik di gedung tersebut selalu menyala selama 24 jam. Namun, ketika warga datang, akses listrik dan air dimatikan.

"Fasilitas semua dimatiin, sampai tempat ibadah dimatiin. Dikunci. Listrik tidak nyala, air mati semuanya," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler