Shin Tae-Yong Bicara tentang Sholat Jumat dan Makanan 'Pembunuh Karier' di Indonesia

Shin tae-yong mendukung ibadah bagi para pemainnya.

AP Photo/Hussein Sayed
Indonesian team Head coach Shin Tae Yong reacts during the Asian Cup round of 16 soccer match between Australia and Indonesia at Jassim Bin Hamad Stadium in Doha, Qatar, Sunday, Jan. 28, 2024.
Rep: Fitrianto Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong mengatakan bahwa dia menyadari bahwa agama adalah prioritas utama dalam budaya Indonesia, dan dia menghormati hal itu. Tantangannya adalah tak bisa bermain ketika waktu Sholat Jumat

Baca Juga


"Saya tidak ingin menyentuh masalah agama bahkan 1% pun. Negara ini 70 hingga 80 persennya adalah Muslim. Anda tidak bisa bermain di hari ketika ada shalat Jumat. Itu adalah sebuah tantangan," katanya, "Tetapi jika mereka mengatakan bahwa mereka merasa nyaman untuk beribadah dan bermain, saya mengatakan kepada mereka untuk melakukannya."

Meski begitu, ia tidak menyerah untuk memperbaiki pola makan pemain demi meningkatkan performanya. Iklim Indonesia yang panas dan lembab telah menyebabkan banyaknya makanan pedas dan gorengan. "Terutama makanan yang digoreng, Anda tidak bisa memiliki daya tahan tubuh yang terlalu kuat. Kami mencoba mengubah kebiasaan makan kami." Gorengan yang penuh minyak jelantah sendiri dikenal sebagai 'pembunuh karier' bagi pesepak bola. 

Usahanya untuk menanamkan profesionalisme kepada para pemain juga membuahkan hasil. Ketika ditanya apa yang paling ia lihat mengalami peningkatan sejak kedatangannya, Shin menjawab bahagia. "Para pemain muda mengalami pasang surut dalam performa mereka, tetapi tekad dan keinginan mereka untuk bermain terus meningkat."

Rahasianya adalah jadwal yang ketat. Shin menekankan perlunya disiplin dalam otonomi.

"Tidak seperti pemain Korea, yang tiba di tempat latihan dan bersiap-siap dalam waktu dua atau tiga menit, pemain Indonesia tidak keluar sampai 10 atau 15 menit kemudian dan lebih santai," katanya. "Jadi kami membuat jadwal di mana mereka harus bergerak cepat dari saat mereka selesai berlatih hingga waktu mereka mandi dan makan."

Dia memberi mereka kebebasan dalam kegiatan keagamaan, tetapi memastikan mereka mengikuti aturan di tempat latihan. "Butuh waktu empat tahun bagi saya untuk mengubah kebiasaan mereka seperti itu," Shin tertawa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler