Shin Tae-Yong Ungkap Ditawari Melatih Tim Nasional Lain Saat Gelaran Piala Asia 2023

Shin diperkirakan akan mengkonfirmasi keputusannya setelah bulan Juni.

AP Photo/Hussein Sayed
Pelatih Indonesia Shin Tae Yong memberikan instruksi saat pertandingan sepak bola babak 16 besar Piala Asia antara Australia dan Indonesia di Stadion Jassim Bin Hamad di Doha, Qatar, Ahad (28/1/2024). Indonesia harus mengakui keunggulan Australia setelah kalah 0-4 di babak 16 besar Piala Asia.
Rep: Fitrianto Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shin Tae-yong (54 tahun), yang membawa Indonesia melaju ke babak 16 besar untuk pertama kalinya dalam sejarah Piala Asia di Qatar, mengungkapkan bahwa ia menerima tawaran melatih dari tim nasional lain selama turnamen berlangsung. Shin mengkonfirmasi bahwa itu bukan negara di kawasan Asia Tenggara. Daftar negara yang mengincar kepemimpinan Shin terus bertambah karena ia dianggap sebagai ujung tombak dari 'Gelombang Korea' dalam turnamen ini.

Baca Juga


"Saya ditawari pekerjaan itu sekitar sepekan yang lalu," kata Shin kepada Sports Illustrated di sebuah hotel di Doha, Qatar, pada tanggal 29 Januari 2024 (waktu setempat). Ketika ditanya apakah tawaran itu datang dari negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, di mana ada seruan untuk mengganti pelatih, Shin tegas menjawan enggan 'mengkhianati Indonesia'.

"Saya tidak boleh melatih di Asia Tenggara lagi," dan kemudian dengan mengelak mengungkapkan bahwa tawaran itu datang dari wilayah lain.

Shin diperkirakan akan mengkonfirmasi keputusannya setelah bulan Juni. "Ada pembicaraan untuk memperbarui kontrak saya, atau saya bisa membayar penalti dan pergi ke tempat lain, tetapi untuk saat ini, saya akan menghormati komitmen saya untuk memperpanjang kontrak saya dengan Indonesia hingga Juni," katanya. Kontrak aslinya berjalan hingga Desember 2023, namun ia memperpanjangnya untuk jangka pendek hingga Juni tahun ini untuk kualifikasi Piala Asia di Qatar.

Yang jelas, kepemimpinan Shin telah diakui di Indonesia dan di luar negeri. Ketika ditanya apa yang membentuknya menjadi pelatih seperti sekarang ini, dia menunjukkan komitmennya untuk memahami budaya lain.

Ia juga mengenang sebuah anekdot dengan Uli Stielike, pelatih asal Jerman yang pernah bekerja di bawah asuhannya saat menjadi pelatih kepala tim nasional Korea. "Dia tidak melakukan kontak mata dengan saya selama empat bulan setelah dia mengambil alih. Saya memiliki perasaan yang kuat bahwa dia tidak menghormati budaya kami, dan dia mencoba melatih seperti yang dia lakukan di Eropa," kata Shin. "Saat itulah saya berkata pada diri sendiri bahwa jika saya melatih di negara lain, saya tidak akan pernah melakukan hal itu," kenangnya.

Ajang Piala Asia 2015 Korea Selatan di bawah asuhan Stielike membuat mereka menang 1-0 atas Oman dan Kuwait dalam dua pertandingan grup pertama mereka, namun penampilan mereka yang lesu menuai kritik sejak awal. "Saya pergi ke ruang pelatih dan meyakinkan dia bahwa kami perlu melakukan perubahan," kata Shin. "Para pemain kami terbiasa terorganisir dan mengikuti instruksi pelatih sejak usia muda. Saya mengatakan kepadanya bahwa kami perlu mengatur mereka dengan cara tertentu." Stielike setuju, memberikan peluit kepada Shin dan memberinya banyak wewenang atas pelatihan taktis, yang berujung pada finis di posisi kedua.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler