Di Tengah Ketidakpastian Global, OJK Sebut Sektor Perbankan Masih Resilien
Industri perbankan Indonesia pada tahun 2023 tetap resilien.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan kondisi pasar keuangan Indonesia pada 2023 dinilai kuat. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyebut stabilitas sektor jasa keuangan terjaga karena didukung permodalan yang kuat dan profil risiko yang terkendali.
Di tengah kondisi ketidakpastian global, industri perbankan Indonesia pada tahun 2023 tetap resilien dan berdaya saing kuat didukung permodalan perbankan yang tetap solid. Hal ini terbukti dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan yang tinggi mencapai 27,69 persen.
"Kinerja intermediasi pada 2023 tumbuh positif dengan kredit perbankan mencapai Rp 7.090 triliun, tumbuh sebesar 10,38 persen yoy," kata Mahendra dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Adapun, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 10,05 persen yoy dan 12,26 persen yoy. Seiring pemulihan pertumbuhan perekonomian nasional, jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 melanjutkan tren penurunan menjadi sebesar Rp 265,8 triliun, sebelumnya pada Desember 2022 adalah Rp 469,2 triliun.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun 2023 mencapai Rp 8.458 triliun, tumbuh 3,73 persen yoy. Capaian ini didukung oleh pertumbuhan giro yang mencapai 4,57 persen yoy.
"Likuiditas perbankan memadai, ALNCD an ALDPK masing-masing 127 persen dan 28,73 persen," kata Mahendra.
Rasio tersebut masih jauh di atas ambang minimum. Mahendra juga menambahkan untuk kualitas kredit masih terjaga, dengan kredit macet (NPL) neto 0,71 persen dan NPL bruto 2,19 persen.