BI Ungkap Alasan Indonesia Perlu Jaga Konsumsi dan Investasi

Komposisi dari pertumbuhan ekonomi nanti akan berasal dari permintaan domestik.

Tangkapan Layar
Tangkapan Layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang mengunumkan tetap mempertahankan BI Rate pada level enam persen dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Desember pada Kamis (21/12/2023).
Rep: Rahayu Subekti Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aida S Budiman mengungkapkan saat ini sangat penting sekali dalam menjaga konsumsi dan investasi. Hal tersebut merupakan bagian dari hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga optimisme kinerja ekonomi Indonesia.

Baca Juga


“Komposisi dari pertumbuhan ekonomi nanti akan berasal dari permintaan domestik. Untuk itu Indonesia harus bisa menjaga konsumsi dan investasi,” kata Aida dalam acara peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (31/1/2024). 

Hal lain yang perlu diperhatikan yakni kondisi global yang masih terus dinamis. Aida menyebut, saat ini BI masih melihat momen high for longer yang membuat Indonesia masih perlu waspada namun tetap optimistis. 

Lalu juga risiko geopolitik yang masih memanas karena adanya perang. Selain itu Aida mengungkapkan saat ini kondisi China juga masih mengalami masalah pada sektor perekonomiannya.

“Dalam medium term ini kita harus menuju ke arah enam persen. Jadi kita perlu pertumbuhan ekonomi yang meningkat,” tutur Aida. 

Untuk itu, Aida menegaskan saat ini diperlukan sinergi untuk menjaga optimisme tersebut. Sinergi tersebut dapat dilakukan dengan menjaga ketahanan dan kebangkitan perekonomian nasional. 

“Ketahanan ekonomi ini dilakukan melalui kebijakan moneter bersama fiskal dan KSSK akan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujar Aida. 

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan sedikit di atas lima persen. Inflasi juga akan terkendali dalam kisaran 2,5 plus minus satu persen dan pertumbuhan kredit pada rentang 10-12 persen. 

Sementara itu, Perry mengakui rupiah memang saat ini masih naik turun.

"Kami yakin semester II 2024 akan apresiasi mengarah kepada fundamentalnya," ucap Perry. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler