Muslimah 'The Nuruls' Tuai Perdebatan, Asma Nadia Ajak Lihat Fenomenanya dari Dua Sisi

The nuruls maknanya sama dengan kerdus alias kerudung dusta pada masa lalu.

Thoudy Badai_Republika
Penulis kondang Asma Nadia mengajak masyarakat memandang fenomena the nuruls dari dua sisi.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan "the nuruls" sedang menjadi perbincangan hangat warganet beberapa pekan terakhir. Sebagian orang memandang Muslimah berhijab itu "problematik" dan meresahkan karena mereka masih senang nongkrong dan dugem, meski di tempat yang tidak menjual alkohol.

Istilah ini pun mulai diprotes karena kata "nurul" memiliki makna yang baik. Mengenai fenomena "the nuruls", penulis novel best seller Asma Nadia mengajak untuk memandangnya dari dua sisi.

"Sebenarnya, apakah tepat 'the nuruls' ini sama dengan Muslimah problematik? Karena di satu sisi, walau pakaiannya beda, tidak ideal, tapi pertama mereka tetap berjilbab, kedua mereka tetap tim nonalkohol. Ini sisi positifnya," ucap Asma saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (1/2/2024).

Label "the nuruls" memang baru muncul belakangan ini. Asma mengenang, dulu juga ada istilah "kerdus" alias "kerudung dusta" dan "jilboobs" yang berarti Muslimah berjilbab tapi berpakaian ketat. Artinya, fenomena Muslimah berjilbab namun belum ideal ini sudah ada sejak lama.

Baca Juga


 
Dalam buku Jangan Jadi Muslimah Nyebelin! karyanya, Asma juga menulis dalam Bab 1 tentang perilaku Muslimah di media sosial. Hal-hal yang membuat Muslimah jadi menyebalkan di media sosial pernah Asma tulis berbekal survei sederhana. Mayoritas orang menganggap bahwa Muslimah nyebelin itu adalah yang sedikit-sedikit curhat di media sosial.

"Asma juga membahas Muslimah yang joget-joget di TikTok. Tapi ketika mengangkat itu, nggak semua joget-joget sih, ada yang jari doang, bukan tarian yang parah. Ada yang joget-joget lucu, itu hal lain. Tapi kalau itu sensual, dengan gerakan erotis, juga kemudian dengan pakaian yang menonjolkan lekuk tubuh Muslimah, itu menjadi tidak ideal," papar Asma.

Soal "the nuruls", menurut Asma, Muslimah perlu kembali merenungkan tujuan berjilbab. Apalagi, jika tujuannya memang untuk hijrah.

"Yang tadinya berpakaian terbuka, akhlaknya belum baik, lalu memiliki komitmen untuk jadi lebih baik dengan jilbab, maka harus pelan-pelan berubah menjadi Muslimah yang lebih baik," kata Asma.

Terkait perilaku "the nuruls" yang dianggap masih berperilaku nyeleneh, Asma mengajak untuk mengingatkan dengan cara merangkul, bukan dengan menghakimi. Jangan sampai niat untuk mengingatkan kepada Islam yang lebih baik justru membuat mereka malah menjauh.

"Tapi Asma juga memahami teman-teman yang keberatan kenapa mereka dinamai 'the nuruls'. Kan 'nurul' itu 'cahaya', cahaya itu kan sesuatu yang harusnya positif dan memancarkan, dalam arti mengajak orang lain untuk positif gitu. Asma bisa memahami keberatan ini," kata dia.
 
Di lain sisi, daripada sibuk melabeli dengan istilah "the nuruls", Asma menilai ada baiknya Muslimah tersebut langsung dirangkul. Untuk Muslimah yang baru hijrah, Asma mengatakan, mereka harus meluruskan niat, menyadari iman yang masih naik dan turun, dan keimanan juga berbanding lurus dengan pengetahuan yang harus terus ditambah.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler