Selama Perang Gaza Belum Usai, McDonalds Pesimistis Penjualan di Negara Muslim Membaik
Menurut McDonalds perang ini benar-benar berdampak ke kinerja perusahaan.
WASHINGTON – Konflik di Timur Tengah, khususnya serangan Israel ke Gaza membawa dampak buruk bagi McDonald’s. Laporan kuartalan penjualan mereka untuk pertama kalinya anjlok dalam kurun empat tahun ini. Nilai saham mereka turun empat persen.
McDonald’s ini merupakan di antara merek Barat yang menjadi sasaran protes dan boikot atas sikap mereka yang pro-Israel dalam serangan militer Israel ke Gaza. Korban sipil warga Gaza akibat serangan itu hingga saat ini mencapai 27 ribu orang.
Menurut McDonald’s perang ini benar-benar berdampak ke kinerja perusahaan pada kuartal keempat 2023 di pasar-pasar luar negeri. CEO McDonald’s Chris Kempczinski mengungkapkan, yang paling terpukul adalah pasar di Timur Tengah.
Pasar lainnya negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia. Penjualan di Prancis juga turun. ’’Maka sepanjang perang ini masih berlangsung, kami tak bisa berharap melihat peningkatan signifikan (di pasar-pasar terebut),’’ katanya seperti dilansir Reuters, Selasa (6/2/2024).
Zacks Investment Management yang mengelola saham McDonald’s memikirkan pula akan seberapa panjang perang di Gaza . ‘’Dampak perang berkepanjangan akan menjadi perhatian terbesar kami,’’ kata Manajer Portofolio Zacks Investment Management Brian Mulberry.
Ia menyampaikan perkiraannya.’’Tampaknya, ini akan menjadi isu penting yang bisa bertahan hingga kuartal selanjutnya bahkan dua kuartal selanjutnya,’’ ujar Mulberry. Pekan lalu, Starbucks juga memangkas target penjualan gerai-gerai kopinya di Timur Tengah.
McDonald's Malaysia sempat melayangkan gugatan terhadap gerakan yang mendorong boikot perusahaan pro-Israel atas pernyataan yang dianggap salah dan mencemarkan nama baik, ini membuat bisnis merugi. Tuntutan ganti rugi 6 juta ringgit atau 1,31 juta dolar AS.
Malaysia merupakan salah satu negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang selalu mendukung Palestina. Sejumlah merek makanan saji asal Barat, seperti di negara-negara Muslim lainnya menjadi target boikot warga Malaysia terkait serangan militer Israel ke Gaza.
Boikot dilakukan karena produk-produk tersebut dianggap memiliki sikap pro-Israel. Dalam kasus di Malaysia, Gerbang Alaf Restaurants Sdn Bhd (GAR), pemegang lisensi McDonald's (MCD.N) di Malaysia menggugat Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) Malaysia.
Mereka menganggap BDS Malaysia melakukan serangkaian posting di media sosial yang mengaitkan franchise makanan cepat saji tersebut dengan genosida Israel terhadap Palestina. Sejumlah merek juga diserukan untuk diboikot karena memiliki hubungan dengan Israel.
Merujuk dokumen tuntutan bertanggal 19 Desember yang dilihat Reuters dan diberitakan Ahad (31/12/2023), Gerbang Alaf Restaurants menuding BDS Malaysia memicu publik untuk memboikot McDonald's Malaysia, yang menyebabkan kerugian dan pemangkasan karyawan.
Selain itu, bikot mengakibatkan penutupan sejumlah outlet dan pengurangan jam operasional. McDonald's Malaysia mengonfirmasi bahwa pihaknya melayangkan gugatan kepada BDS Malaysia, "Untuk menjaga hak dan kepentingannya,’’ ujar mereka, Jumat (29/12/2023).
BDS Malaysia merespons langkah McDonald’s tersebut. Mereka menepis melakukan pencemaran terhadap perusahaan makanan cepat saji tersebut dan menyerahkan persoalan hukum ini ke pihak pengadilan. (reuters/han)