Haedar Nashir Jabarkan Tiga Makna Isra Miraj

Isra Miraj memberi pesan agar manusia menjadi insan pembangun bukan perusak.

MGIT03
Ilustrasi Isra Miraj
Rep: Febrianto Adi Saputro Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menjelaskan soal makna peringatan Isra Miraj. Haedar mengungkapkan bahwa Isra Miraj merupakan satu kesatuan dengan kerisalahan Nabi Muhammad membawa ajaran Islam yakni berislam yang damai, toleran, ukhuwah, dan menebar segala benih kebaikan sebagaimana risalah nabi akhir zaman.

“Jauhi hal-hal yang menimbulkan masalah dan kerusakan dalam kehidupan.  Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia dan menjadi rahmat bagi semesta alam,” kata Haedar dalam keterangannya, Kamis (8/2/2024).  

Haedar mengungkapkan, bahwa dengan Isra dan Miraj juga kaum muslimin harus mengembangkan kecerdasan yang murni, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memanfaatkan segala potensi yang dianugerahkan Tuhan dalam memahami segala ciptaan-Nya, serta melahirkan peradaban yang utama bagi kehidupan di alam semesta ini.

“Menjadi insan pembangun dan bukan insan perusak kehidupan. Jadilah pembelajar dan pemakmur kehidupan yang merahmati semesta. Nabi Muhammad hadir dengan risalahnya membangun al-Madinah al-Munawwarah, peradaban yang cerah-mencerahkan,” ucapnya.

Selain itu, Isra Miraj menurut Haedar memiliki nilai inklusif bagi kehidupan kemanusiaan dan semesta yang terjabarkan dalam tiga makna. Makna pertama, makna kekuasaan. Isra Miraj Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha mengandung pesan di atas pencapaian ketinggian ilmu manusia masih ada kekuatan ilahiyah.

"Isra Miraj menunjukkan di balik kekuasaan manusia yang bersifat duniawi ada kekuasaan Allah, kekuasaan Tuhan yang bersifat ruhaniyah-ilahiyah atau divine power atau kekuasaan yang sakral," kata Haedar.

Haedar menerangkan bahwa manusia memiliki kekuasaan duniawi. Namun dirinya mengingatkan agar tidak menyalahgunakan kekuasaan, sebab di balik kekuasaan duniawi ada kekuatan ilahi.

Haedar menuturkan bahwa manusia seyogyanya dengan kekuatan yang dimiliki tetap rendah hati, dan tidak menyalahgunakan kekuasaan. Ia menilai perang, penistaan, kezaliman dan segala kesewenangan terjadi karena ada kekuasaan manusia lepas dari kekuasaan ketuhanan.

Haedar melanjutkan, makna kedua, yakni diwajibkannya ibadah sholat bagi Muslim dalam peristiwa Isra Miraj. Menurut Haedar, ibadah sholat memiliki dua dimensi pesan, yakni hubungan manusia dengan Tuhan (habluminallah) dan manusia dengan manusia lainnya (habluminannas).

“Sholat dan ibadah dalam Islam punya dimensi habluminannas, memberi hubungan yang baik, damai dan manfaat bagi kehidupan. Sehingga, semakin banyak yang beribadah dengan baik semakin baik kehidupan antarmanusia, baik dengan lingkungan dan alam,”tutur Haedar.

Haedar mengajak umat menjadikan Isra Miraj dengan buah dari sholat membangun relasi kemanusiaan semakin baik, tapi juga relasi ketuhanan yang semakin dekat. Sehingga manusia semakin damai dengan langit dan semakin damai dengan bumi.

"Artinya, bangun kehidupan yang lebih baik, adil, damai, tentram, aman, makmur serta hidup maju bersama, sehingga kehidupan menjadi penuh makna," ucap Haedar.

Kemudian makna yang ketiga yakni dijalankannya dua risalah nabi setelah Isra Miraj. Haedar menyampaikan bahwa dua risalah itu menyempurnakan akhlak beserta risalah Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dua risalah ini mengandung makna Islam yang membangun peradaban sekaligus keadaban.

Haedaar berpesan kepada umat dan pimpinan umat untuk meneladani Nabi dalam segala aspek kehidupan. Termasuk dalam berdakwah secara hikmah dan uswah hasanah disertai amaliah nyata yang mencerdaskan dan mencerahkan akal budi dan akhlak utama.

“Jauhi hal-hal yang meresahkan, menebar kebencian, amarah, dan membawa perpecahan. Berbangsa pun mesti menebar kebaikan dan mencegah keburukan dengan cara-cara dakwah yang baik untuk menunjukkan teladan utama,” tegas Haedar.

Haedar mengatakan, jika berjuang menegakkan etika, maka tampilkan dengan etika yang luhur.  Menurutnya agenda utama umat Islam Indonesia sebagai mayoritas justru dalam menampilkan akhlak mulia disertai keteladanan serta maju dalam berbagai aspek kehidupan sebagai Khaira Ummah.

Maka itu, tokoh dan organisasi keagamaan harus bawa Islam betul-betul jadi rahmat semesta bukan hanya retorika dan ujaran, tapi dalam tindakan dan keteladanan. Ia juga berpesan agar umat beragama, tokoh agama dan organisasi-organisasi keagamaan bisa menunjukkan etika.

"Sebagaimana Nabi Muhammad dengan uswah hasanah bahwa pilihan tentang kebenaran, tentang kebaikan dan tentang kepatutan hidup itu harus menjadi pancaran keberagamaan kita," tutur Haedar.  


Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler