Tafsir Surat Al Maidah ayat 8: Janganlah Kebencian Sebabkan Ketidakadilan
Kebencian tidak boleh dijadikan landasan untuk berlaku tidak adil.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tafsir Surat Al Maidah ayat 8 berisi tentang keadilan yang berlaku untuk semua tanpa pandang bulu. Bahkan kebencian tidak boleh dijadikan landasan untuk berlaku tidak adil.
Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Maidah ayat 8)
Ulama tafsir Prof Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, ayat tersebut menyerukan orang-orang beriman untuk menjadi Qawwâmîn, yakni orang-orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menjadi pelaksana yang sempurna.
Sempurna dalam melaksanakan tugas-tugas yang diemban, baik terhadap wanita, dan lainnya, dengan menegakkan kebenaran karena Allah, serta menjadi saksi dengan adil.
Ayat tersebut juga memperingatkan bahwa janganlah sekali-kali kebencian terhadap suatu kaum, mendorong untuk berlaku tidak adil, baik terhadap keluarga istri yang merupakan Ahlul Kitab maupun terhadap selain mereka.
"Berlaku adillah, terhadap siapa pun walau atas dirimu sendiri karena ia, yakni adil itu, lebih dekat kepada takwa yang sempurna daripada selain adil. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan," jelas Prof Quraish.
Ayat 8 Surat Al Maidah dikemukakan dalam konteks permusuhan dan kebencian sehingga yang perlu lebih dahulu diingatkan adalah keharusan melaksanakan segala sesuatu demi karena Allah. Sebab, hal inilah yang akan lebih mendorong untuk meninggalkan permusuhan dan kebencian.
Prof Quraish juga menyampaikan, adil itu lebih dekat kepada takwa, dan keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk substansi ajaran Islam. Jika ada agama yang menjadikan kasih sebagai tuntunan tertinggi, maka tidak demikian dengan Islam.
Mengapa demikian? Karena, sebagaimana dipaparkan Prof Quraish, kasih dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat, dapat berdampak buruk. "Bukankah jika Anda merasa kasihan kepada seorang penjahat, Anda tidak akan menghukumnya?" jelas Prof Quraish.
Dengan demikian, adil adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Jika seseorang memerlukan kasih, maka dengan berlaku adil itulah seseorang bisa mencurahkan kasih kepadanya.
"Jika seseorang melakukan pelanggaran dan wajar mendapat sanksi yang berat, ketika itu kasih tidak boleh berperanan karena dapat menghambat jatuhnya ketetapan hukum atasnya. Ketika itu, yang dituntut adalah adil, yakni menjatuhkan hukuman setimpal atasnya," tuturnya.