Armenia Tuduh Azerbaijan Siapkan Perang Skala Penuh

Armenia dan Azerbaijan telah terlibat konflik selama beberapa dekade.

AP/Vyacheslav Prokofyev/Pool Sputnik Kremlin
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.
Rep: Kamran Dikarma Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, menuduh Azerbaijan merencanakan perang skala penuh terhadap negaranya. Hal itu disampaikan dua hari setelah pasukan kedua negara terlibat konfrontasi di wilayah perbatasan yang menewaskan empat tentara Armenia.

“Analisis kami menunjukkan Azerbaijan ingin melancarkan aksi militer di beberapa bagian perbatasan dengan prospek mengubah eskalasi militer menjadi perang skala penuh melawan Armenia,” kata Pashinyan pada pertemuan pemerintah, Kamis (15/2/2024), dikutip laman Al Arabiya.

Armenia dan Azerbaijan telah terlibat konflik selama beberapa dekade akibat persengketaan klaim di wilayah Nagorno-Karabakh. Pada September tahun lalu lebih dari 88 ribu warga dilaporkan meninggalkan Nagorno-Karabakh dan mengungsi ke Armenia. Eksodus itu terjadi setelah Azerbaijan melancarkan operasi militer ke Nagorno-Karabakh dan berhasil memukul pasukan etnis Armenia yang sebelumnya mengontrol wilayah tersebut.

Menurut UNHCR, sepertiga dari warga Nagorno-Karabakh yang mengungsi ke Armenia adalah anak-anak. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, yang menghadapi gelombang protes keras karena dianggap gagal mempertahankan wilayah Nagorno-Karabakh, mengatakan akan menerima warga etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh.

Kala itu Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev telah menyampaikan secara terbuka bahwa dia akan melindungi hak-hak warga etnis Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh. “Ini sekali lagi menunjukkan bahwa penduduk Karabakh, apa pun etnisnya, adalah warga negara Azerbaijan. Hak-hak mereka akan dijamin oleh negara Azerbaijan,” kata Aliyev dalam pertemuannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Nakhchivan, 25 September 2023.

Pada 19 September 2023, Azerbaijan melancarkan operasi militer terbaru ke wilayah Nagorno-Karabakh. Mereka menyebut operasi itu sebagai operasi “anti-teroris”. Tujuan operasi adalah memukul pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah tersebut. Menurut Armenia, lebih dari 200 orang tewas dan 400 lainnya mengalami luka-luka dalam operasi militer Azerbaijan.

Pasukan etnis Armenia setuju untuk melucuti senjata mereka berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang dicapai pada 20 September 2023. Nagorno-Karabakh, yang dikenal sebagai Artsakh oleh orang Armenia, terletak di wilayah yang selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Persia, Turki, Rusia, Ottoman, dan Uni Soviet.

Baca Juga


Persengketaan klaim antara Azerbaijan...

Persengketaan klaim antara Azerbaijan dan Armenia terkait Nagorno-Karabakh mulai terjadi sejak jatuhnya Kekaisaran Rusia pada 1917. Pada masa Soviet, Nagorno-Karabakh ditetapkan sebagai wilayah otonom di Azerbaijan.

Ketika Uni Soviet runtuh, orang-orang Armenia di Nagorno-Karabakh melepaskan kendali nominal Azeri (etnis Azerbaijan) dan merebut wilayah tersebut. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Perang Karabakh I. Antara 1988-1994, sekitar 30 ribu orang terbunuh dan lebih dari satu juta orang, sebagian besar warga Azeri, mengungsi.

Sejak saat itu, pertempuran di Nagorno-Karabakh terjadi secara berkala dan berlangsung selama puluhan tahun. Pada 2020, Azerbaijan dan Armenia kembali terlibat pertempuran sengit di Nagorno-Karabakh.

Konfrontasi berlangsung selama 44 hari dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Perang Karabakh II.

Dalam konfrontasi pada 2020, Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong Armenia dan Azerbaijan menyepakati gencatan senjata. Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.

Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

 

sumber : Reuters/AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler